Merkel: Uni Eropa Harus Siap Tambah Sanksi Rusia

Merkel memperingatkan situasi yang terjadi di Ukraina Timur dan perbatasan Belarusia.

AP/Markus Schreiber
Kanselir Abgela Merkel.
Rep: Rizky Jaramaya Red: Teguh Firmansyah

REPUBLIKA.CO.ID, BERLIN -- Kanselir Jerman Angela Merkel mengatakan, Uni Eropa harus bersiap  memberlakukan lebih banyak sanksi terhadap Rusia, jika situasi di Ukraina timur atau di perbatasan Belarusia-Polandia meningkat. Merkel mengatakan bahwa, Uni Eropa harus bersatu dalam masalah persenjataan terhadap penempatan pasukan Rusia di dekat perbatasan Ukraina.

"Setiap agresi lebih lanjut terhadap kedaulatan Ukraina akan memiliki konsekuensi yang besar," kata Merkel. 
 
Merkel berbicara melalui telepon dengan Presiden Ukraina Voldoymyr Zelenskiy. Kantor Merkel mengatakan, keduanya sepakat untuk membuat tanggapan yang terkoordinasi terhadap ancaman dari Rusia. Pekan ini, Rusia dan Ukraina menggelar latihan militer setelah meningkatnya ketegangan antara kedua negara.
 
Sebelumnya Intelijen Ukraina memperkirakan, Rusia bersiap untuk melakukan serangan pada awal tahun depan. Kepala badan intelijen pertahanan Ukraina, Kyrylo Budanov, mengatakan, Moskow telah mengumpulkan lebih dari 92 ribu tentara di perbatasan.
 
“Serangan seperti itu kemungkinan akan melibatkan serangan udara, artileri dan serangan lapis baja diikuti oleh serangan udara di timur, serangan amfibi di Odessa dan Mariupul, serta serangan yang lebih kecil melalui negara tetangga Belarusia,” kata Budanov, dilansir Alarabiya.
 
 

Budanov memperkirakan, Rusia mempersiapkan serangan pada akhir Januari atau awal Februari. Rusia kemungkinan akan mempersiapkan serangan yang lebih besar dari sebelumnya.
 
“Serangan yang sedang dipersiapkan Rusia akan jauh lebih menghancurkan daripada serangan dalam konflik yang dimulai pada 2014, yang telah menewaskan sekitar 14 ribu warga Ukraina,” ujar Budanov.
 
Ketegangan antara Ukraina dan Rusia meningkat tahun ini, ketika Moskow mengumpulkan pasukan di dekat perbatasan. Pertempuran kemudian meningkat di Ukraina timur.  Hubungan kedua negara telah memburuk selama bertahun-tahun sejak aneksasi Rusia atas Krimea dari Ukraina pada Maret 2014. AS, NATO, dan Kiev telah menyatakan keprihatinan mereka atas pergerakan terbaru Rusia di dekat perbatasannya dengan Ukraina selama dua minggu terakhir.
 
Juru Bicara Kremlin Dmitry Peskov mengatakan, upaya untuk menyelesaikan krisis Ukraia dengan kekerasan akan memicu konsekuensi serius. Menurutnya, Ukraina kemungkinan besar mencari upaya lain untuk menyelesaikan masalah dengan kekerasan, menciptakan bencana untuk dirinya sendiri, dan semua orang di Eropa.
 
Peskov mengatakan bahwa, histeria Barat atas kemungkinan invasi Rusia ke Ukraina telah meningkat secara artifisial. "Mereka yang membawa angkatan bersenjata mereka ke luar negeri menuduh kami melakukan aktivitas militer yang tidak biasa di wilayah kami.  Artinya, AS.  Nah, ini tidak sepenuhnya logis dan tidak patut,” ujar Peskov.
 
AS jatuhkan sanksi
 
 
Pemerintah Amerika Serikat (AS) dilaporkan tengah mempertimbangkan pengiriman senjata tambahan ke Ukraina, sebagai respons atas dugaan kegiatan militer Rusia di wilayah perbatasan dua negara tersebut.  Selain senjata tambahan, AS juga berencana mengirim penasihat militer ke Ukraina. Diantara senjata yang ditambahkan adalah rudal anti-tank, hingga anti-armor Javelin baru, serta mortir.
Baca Juga



"Sistem pertahanan udara, seperti rudal stinger juga sedang dipertimbangkan," ujar laporan dari sumber Pemerintah AS, dilansir Tass, Selasa (23/11).

Departemen Pertahanan AS juga mendesak agar beberapa peralatan militer seperti Mi-17 dikirim ke Ukraina. Ini merupakan sebuah helikopter Rusia yang awalnya dibeli Amerika untuk diberi kepada Afghanistan.

Meski demikian, sejumlah pihak dilaporkan khawatir atas rencana pengiriman senjata tambahan dari AS ke Ukraina. Hal itu karena langkah ini dapat dinilai oleh Rusia sebagai eskalasi besar.

Sebelumnya, Pemerintah AS mengungkapkan kekhawatiran atas dugaan Rusia mempersiapkan invasi ke Ukraina. Hal ini diklaim berdasarkan data rahasia yang diperoleh oleh Washington.



sumber : Reuters
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler