Pakar Italia Rilis Gambar Pertama Penampakan Varian Omicron

Kelompok peneliti di Italia merilis gambar pertama varian omicron dibandingkan delta.

ANSA
Gambar pertama varian omicron dirilis oleh pakar dari ANSA, Italia. Peneliti membandingkan mutasi yang terjadi pada spike protein omicron dibandingkan dengan varian delta.
Rep: Santi Sopia Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kemunculan varian omicron dari virus penyebab Covid-19 (SARS-CoV-2) telah menjadi kekhawatiran global. Pakar dari Bambino Gesu Research Group dan State University of Milan asal Italia merilis gambar tampilan varian yang diduga pertama kali muncul di Afrika Selatan tersebut.

Gambar itu dirilis dalam makalah berjudul "Gambar Pertama Omicron dari Kelompok Penelitian Bambino Gesu" yang diterbitkan di Ansa.com. Dikutip dari Times Now News, Senin (29/11), gambar tersebut dihasilkan dari studi tentang sekuensing genom terhadap varian baru yang tersedia untuk komunitas ilmiah, di mana sebagian besar berasal dari Botswana, Afrika Selatan, dan Hong Kong.

Gambar yang diklaim sebagai pertama di dunia untuk varian omicron itu dibuat di area penelitian Multimodal Medicine of the Child Jesus dan dikoordinasikan oleh Prof Carlo Federico Perno. Penelitian berada di bawah pengawasan langsung Prof Claudia Alteri bekerja sama dengan tim dari State University of Milan, yaitu Valentino Costabile, Rossana Scutari, dan Luna Colagrossi.

Dari gambar itu terlihat bahwa omicron punya struktur berbeda dengan varian lain. Pada omicron, sebagian besar mutasi telah ditemukan terjadi di area yang berinteraksi dengan sel manusia.

Peneliti merilis dua gambar. Gambar sebelah kanan menunjukkan mutasi struktur protein lonjakan (spike protein) pada varian omicron, sedangkan di bagian kiri adalah varian delta. Gambar juga memperlihatkan perbandingan perbedaan pada bagian lonjakan protein pada SARS CoV-2 varian delta dengan omicron.

Baca Juga


Dalam situs ANSA, peneliti memperlihatkan bahwa omicron tampak memiliki lebih banyak mutasi delta atau sudah sangat bervariasi. Mutasi terkonsentrasi di area yang berinteraksi dengan sel manusia.

Titik merah menunjukkan daerah dengan variabilitas sangat tinggi, jingga dengan variabilitas tinggi, kuning dengan variabilitas sedang, hijau dengan variabilitas rendah, dan biru dengan variabilitas rendah. Area abu-abu adalah yang tidak bervariasi.

Ini tidak secara otomatis berarti bahwa varian tersebut menjadi lebih berbahaya. Hanya, virus telah beradaptasi lebih jauh dengan spesies manusia dengan menghasilkan varian lain.

"Studi lebih lanjut akan memberi tahu kami apakah adaptasi ini netral, kurang berbahaya, atau lebih berbahaya", kata para peneliti.

European Union Agencies Network for Scientific Advice (EU–ANSA) terdiri atas badan-badan teknis dan pengatur yang memberikan nasihat ilmiah kepada pembuat kebijakan Uni Eropa. Lembaga-lembaga ini merupakan sumber rujukan sekaligus pengguna sains.

Dalam menyusun dan meninjau secara sistematis bukti ilmiah yang tersedia untuk mengatasi masalah dunia nyata, lembaga juga mengidentifikasi kesenjangan bukti. Sebelumnya, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa bukti awal omicron, yang sebelumnya dikenal dengan istilah teknis B .1.1.529, menunjukkan varian tersebut memiliki sejumlah besar mutasi yang beberapa di antaranya punya karakteristik yang mengkhawatirkan.

Baca juga : Menkeu: Pengalaman Covid Delta Jadi Bekal Hadapi Omicron

WHO menyebutnya sebagai "varian yang menjadi perhatian" atas saran dari Kelompok Penasihat Teknis WHO tentang Evolusi Virus (TAG-VE). Keputusan ini didasarkan pada bukti yang diberikan kepada TAG-VE bahwa omicron memiliki beberapa mutasi yang mungkin berdampak pada seberapa mudah menyebar atau tingkat keparahan penyakit yang ditimbulkannya.

Meski demikian, Presiden Afrika Selatan Cyril Ramaphosa telah meminta negara-negara yang memberlakukan larangan perjalanan ke negaranya untuk segera mencabut aturan tersebut. Hal ini karena ancaman besar omicron belum terbukti benar adanya.

"Kami menyerukan kepada semua negara yang telah memberlakukan larangan perjalanan di negara kami dan negara-negara saudara kami di Afrika Selatan untuk segera mencabut keputusan mereka," katanya, pekan lalu.

Varian B.1.1.529 pertama kali dilaporkan ke WHO dari Afrika Selatan pada 24 November 2021. Menurut WHO, bukti awal menunjukkan peningkatan risiko infeksi ulang dengan varian ini dibandingkan dengan "variant of concern" lainnya.

Baca juga : Vaksin Spesifik untuk Varian Omicron, Kapan Tersedia?

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler