Gejala tak Biasa dari Varian Omicron Menurut Dokter

Tidak satupun dari pasien mengeluhkan kehilangan indera penciuman dan perasa.

www.freepik.com.
Gejala tak biasa dari varian omicron (ilustrasi).
Rep: Gumanti Awaliyah Red: Qommarria Rostanti

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Kemungkinan adanya varian baru Covid-19, omicron, pertama kali dicurigai oleh dokter Angelique Coetzee dari Afrika Selatan, ketika menerima beberapa pasien dengan gejala Covid-19 yang tidak umum. Tidak satupun dari pasiennya mengeluhkan kehilangan indera penciuman dan perasa, yang sebelumnya menjadi ciri khas virus corona.

Baca Juga


"Varian omicron menyebabkan gejala nyeri otot dan kelelahan selama satu atau dua hari, serta tidak enak badan. Mereka mungkin batuk ringan, tidak ada gejala yang menonjol,” kata dokter Coetzee seperti dilansir laman Express, Rabu (1/12).

Dokter Coetzee mengatakan, varian omicron mungkin jauh lebih berbahaya bagi orang tua. Terutama bagi orang tua yang memiliki penyakit penyerta seperti hipertensi, diabetes, atau penyakit jantung.

“Yang harus kita khawatirkan sekarang adalah ketika para lansia yang tidak divaksinasi terinfeksi dengan varian baru, dan jika mereka tidak divaksinasi, kita akan melihat banyak orang dengan penyakit parah,” kata dia.

Sebagian besar pasien di klinik dokter Coetzee adalah individu yang masih muda dan setengahnya belum divaksinasi. Seorang pasien, gadis berusia enam tahun, digambarkan memiliki gejala yang sangat menarik. Dia menunjukkan suhu dan denyut nadi yang sangat tinggi yang hampir memerlukan rawat inap. Ketika dokter Coetzee menindaklanjuti beberapa hari kemudian, anak itu sudah pulih.

Serangkaian mutasi yang ada pada omicron virus corona telah menimbulkan kekhawatiran bahwa itu mungkin dapat melemahkan antibodi dari vaksinasi. Seorang ahli virologi Johannesburg, Penny Moore, mendapat laporan adanya kasus infeksi ulang. Namun menurut dia, hingga saat ini masih terlalu dini untuk menyimpulkan apapun.

Profil mutasi omicron telah dianalisis dengan sekuensing genom dan telah ditemukan memiliki lebih dari 30 perubahan pada protein lonjakan. Ini adalah protein yang ditargetkan oleh respons imun tubuh, artinya jika terlalu banyak diubah, tidak akan lagi terpengaruh oleh antibodi dan vaksin saat ini.

Studi dari ZOE Covid, sebuah inisiatif nirlaba yang diluncurkan oleh perusahaan ilmu kesehatan dengan King's College London, telah mengumpulkan laporan gejala Covid-19 dari jutaan orang di seluruh dunia. Mereka telah mengidentifikasi bersin-bersin, sakit kepala, sakit tenggorokan, pilek, demam dan batuk terus-menerus sebagai beberapa gejala yang paling sering dilaporkan.

Hilangnya fungsi penciuman dan perasa adalah gejala yang umum dilaporkan untuk semua varian lain, tetapi belum terlihat pada pasien omicron. Studi ini masih terbuka bagi orang untuk melaporkan gejala mereka menggunakan aplikasi ponsel ZOE Covid.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Berita Terpopuler