Beda Gejala Covid-19 Akibat Varian Omicron Vs Delta

Varian omicron menimbulkan gejala Covid-19 yang berbeda dengan varian delta.

ANSA
Gambar pertama varian omicron dirilis oleh pakar dari ANSA, Italia. Peneliti membandingkan mutasi yang terjadi pada spike protein omicron dibandingkan dengan varian delta. Gejala Covid-19 yang ditimbulkan kedua varian berbeda.
Rep: Haura Hafizhah Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kasus infeksi SARS-CoV-2 varian omicron telah terdeteksi di sejumlah negara saat varian delta masih mendominasi. Apa perbedaan gejala kedua varian tersebut? 

Sejauh ini, informasi yang tersedia baru sebatas kesaksian dokter yang merawat orang terkonfirmasi positif Covid-19 dengan infeksi varian omicron. Belum ada penelitian skala besar mengingat varian tersebut baru ditemukan.

Sebagai orang pertama yang mengumumkan temuan kasus varian omicron, Ketua South African Medical Association dr Angelique Coetzee mengungkapkan bahwa ada tujuh gejala yang dialami pasien. Menurutnya, gejala tersebut tidak lazim pada kasus varian delta karena cenderung jauh lebih ringan.

"Seorang pasien laki-laki, sekitar usia 33 tahun mengatakan kalau dia sangat lelah selama beberapa hari terakhir, tapi pasien tidak mengalami sakit tenggorokan," kata dr Coetzee yang tangani pasien tersebut, dikutip dari Express.co.uk pada Rabu (1/12).

Baca Juga



Berikut ketujuh gejala yang ditimbulkan varian omicron:

- kelelahan ekstrem

- demam

- pegal-pegal

- sakit kepala

- keringat malam

- pilek

- tenggorokan gatal

Sementara itu, dokter umum Unben Pillay, dari Midrand, Johannesburg, Afrika Selatan juga mengatakan bahwa sejauh ini varian omicron membuat pasien yang terkena dalam kondisi ringan. Rekan sejawatnya melihat pasien datang dengan demam, keringat malam, dan banyak yang mengalami nyeri badan.

Menurut Pillay, pasien yang menderita infeksi varian omicron juga tidak mengalami batuk terus-menerus atau kehilangan indra perasa atau penciuman, seperti gejala khas varian delta. Salah satu alasan yang membuat gejalanya berbeda bisa jadi karena perubahan cara virus berinteraksi dengan sel kekebalan.

"Banyak gejala umum penyakit, seperti demam atau pilek, terutama disebabkan oleh respons imun kita terhadap infeksi daripada akibat kerusakan langsung oleh virus atau bakteri. Perbedaan respons imun kita juga dapat menjelaskan mengapa dua individu tidak selalu mengalami gejala yang sama jika terinfeksi virus atau varian yang sama," kata Pillay.

Gejala ringan tak lazim pasien omicron - (Infografis Republika.co.id)

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan akan membutuhkan waktu berminggu-minggu untuk memahami bagaimana varian omicron dapat memengaruhi diagnostik, terapi, dan vaksin. Menurut bukti awal, varian tersebut meningkatkan risiko penyintas Covid-19 untuk kembali terserang penyakit akibat infeksi virus corona tipe baru itu.

Mengapa varian delta bisa lebih mendominasi?

Direktur Medis Satgas Covid-19 Colorado DispatchHealth, Stefen Ammon membandingkan virus corona versi lama serupa dengan penularan flu biasa, tetapi varian delta lebih menular dibandingkan influenza musiman, polio, cacar, ebola, flu burung. Varian delta disebutnya sama menularnya dengan cacar air.

Peningkatan transmisibilitas ini membuat delta menjadi varian dominan di seluruh dunia. Ammon menjelaskan, dalam beberapa kasus, varian delta telah mengembangkan kemampuan untuk "menghindari" kekebalan yang diberikan oleh vaksinasi, yang berarti ada lebih banyak kasus terobosan infeksi.

Orang yang telah divaksinasi pun dapat menularkan virus, bahkan ketika mereka tidak menunjukkan gejala. Inilah yang membuat Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Amerika Serikat merevisi panduan maskernya dengan merekomendasikan agar semua orang memakai masker di dalam ruangan di tempat umum.

Gejala Covid-19 terkait varian Delta. - (Republika)

"Orang yang divaksinasi juga menularkannya, meski tidak jelas sejauh mana," kata dr Anthony Fauci selaku kepala penasihat medis Presiden Joe Biden.

Penelitian digagas oleh Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC) menyatakan orang yang tidak divaksinasi 29 kali lebih berisiko dirawat di rumah sakit jika kena Covid-19. Temuan CDC juga mengungkap seseorang berisiko lima kali lebih mungkin tertular Covid-19 jika belum divaksinasi.

Kedua risiko itu jika dibandingkan dengan pasien lain yang sudah mendapatkan vaksinasi dosis lengkap. Temuan itu diterbitkan di jurnal akademis Morbidity and Mortality Weekly Report dari CDC. Studi tersebut meninjau data 43.127 kasus di Los Angeles County sepanjang periode 1 Mei hingga 25 Juli 2021.

"Data ini mengingatkan bahwa jika Anda belum divaksinasi, Anda termasuk di antara mereka yang paling berisiko," kata Direktur CDC Rochelle Walensky dalam pengarahan di Gedung Putih pada Agustus lalu (24/8).

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler