Tolak Resepkan Ivermectin, RS di AS Diancam Keluarga Pasien
Tiga RS di AS mendapat ancaman dari keluarga pasien karena menolak beri ivermectin.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tiga rumah sakit di Amerika Serikat mendapatkan ancaman dari keluarga pasien karena tidak mau meresepkan obat ivermectin. Padahal, tindakan rumah sakit sudah sejalan dengan anjuran Food and Drug Administration (FDA) yang tak mengizinkan penggunaan ivermectin untuk mengobati Covid-19.
Salah satu rumah sakit yang mengalami masalah adalah rumah sakit yang berlokasi di Montana. Rumah sakit tersebut sampai harus menerapkan lockdown dan melibatkan polisi.
Itu mereka lakukan setelah menerima ancaman kekerasan dari keluarga pasien Covid-19. Prahara bermula dari penolakan rumah sakit terhadap permintaan penggunaan ivermectin untuk pasien tersebut.
Rumah sakit lain di Montana juga mengalami hal serupa ketika merawat seorang pasien Covid-19 yang memiliki koneksi politik. Keluarga pasien meminta agar rumah sakit memberikan ivermectin atau hidroksiklorokuin untuk mengobati pasien tersebut.
Sama seperti ivermectin, hidroksiklorokuin juga merupakan obat yang tak mendapatkan izin dari FDA untuk mengobati Covid-19. Oleh karena itu, pihak rumah sakit menolak permintaan untuk memberikan ivermectin atau hidroksiklorokuin kepada pasien. Akibat dari tindakan ini, tenaga kesehatan mendapatkan ancaman dan kekerasan dari keluarga pasien.
Sebuah rumah sakit di Idaho juga harus memanggil polisi karena tak mau memberikan ivermectin atau hidroksiklorokuin kepada pasien sesuai keinginan pihak keluarga. Penolakan ini membuat seorang residen medis mendapatkan kekerasan verbal dan ancaman kekerasan fisik.
"(Ivermectin dan hidroksiklorokuin adalah) obat-obat yang tidak bermanfaat dalam pengobatan Covid-19," ungkap residen tersebut, seperti dikutip dari NBC News, Sabtu.
Ketiga konflik yang terjadi pada periode September sampai November ini menggambarkan tekanan-tekanan yang dihadapi oleh tenaga kesehatan bila menolak memberikan obat yang tak memiliki izin sebagai obat Covid-19. Konflik seperti ini cenderung lebih banyak ditemukan di wilayah-wilayah dengan tingkat vaksinasi rendah hingga skeptisme terhadap pemerintah yang tinggi.
CEO Montana Hospital Association Rich Rasmussen mengatakan sebagian besar pasien Covid-19 mengikuti anjuran dan memiliki percakapan yang baik dengan tim medis mereka. Akan tetapi, konflik-konflik seperti yang terjadi di tiga rumah sakit tersebut bisa sesekali terjadi.
"Anda akan mendapati (konflik) seperti ini dari waktu ke waktu, tetapi itu bukan sesuatu yang lumrah," jelas Rasmussen.
Ivermectin dan beberapa obat Covid-19 tanpa izin lainnya telah menjadi sumber keributan antara pihak rumah sakit dan keluarga pasien dalam beberapa bulan ke belakang. Tuntutan terhadap penolakan rumah sakit untuk menyediakan ivermectin bahkan telah dilayangkan di beberapa negara bagian Amerika Serikat seperti Texas, Florida, hingga Illinois.
Sejauh ini, ivermectin hanya diizinkan untuk mengobati parasit pada hewan. Pada manusia, ivermectin dosis rendah sudah mendapatkan izin dan boleh digunakan untuk mengobati masalah kecacingan, kutu kepala, dan masalah kulit tertentu.
FDA tidak memberikan izin penggunaan ivermectin sebagai obat Covid-19. Alasannya, meski uji klinis masih berlangsung, data saat ini tidak mengindikasikan bahwa ivermectin efektif sebagai terapi Covid-19. Penggunaan ivermectin dalam dosis yang lebih tinggi juga dapat memicu overdosis.
Hal serupa juga berlaku untuk hidroksiklorokuin. Penggunaan hidroksiklorokuin bisa memicu masalah kesehatan serius dan terbukti tidak mempercepat pemulihan atau menurunkan risiko kematian Covid-19.