China Sahkan Persetujuan Darurat Obat Baru Covid-19

China memberikan persetujuan darurat untuk perawatan antibodi monoklonal.

Pixabay
Antibodi (ilustrasi). China memberikan persetujuan darurat untuk perawatan antibodi monoklonal.
Rep: Fergi Nadira Red: Dwi Murdaningsih

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING - Otoritas obat-obatan China memberikan persetujuan darurat untuk perawatan khusus pertama terhadap Covid-19. Perawatan dengan obat ini ditemukan dalam uji klinis untuk secara signifikan mengurangi rawat inap dan kematian di antara pasien berisiko tinggi.

Dalam pemberitahuan resmi yang diterbitkan Rabu (8/12), Administrasi Produk Medis Nasional China mengatakan, telah memberikan persetujuan darurat untuk perawatan antibodi monoklonal. Antibodi monoklonal adalah sejenis protein yang menempel pada protein lonjakan virus corona, sehingga mengurangi kemampuannya untuk memasuki sel-sel tubuh.

"Perawatan tersebut melibatkan kombinasi dua obat, diberikan melalui suntikan, dan dapat digunakan untuk mengobati kasus-kasus tertentu yang berisiko berkembang menjadi lebih parah," kata otoritas obat Cina seperti dilansir laman Channel News Asia, Kamis (9/12),.

Metode ini dikembangkan bersama oleh Universitas Tsinghua, Rumah Sakit Rakyat Ketiga Shenzhen dan Brii Biosciences. Universitas Tsinghua mengatakan, data percobaan menunjukkan bahwa terapi kombinasi dapat mengurangi risiko rawat inap dan kematian pada pasien berisiko tinggi sekitar 80 persen.

Sebuah laporan media pemerintah bulan lalu mengatakan bahwa pengobatan tersebut juga telah digunakan pada pasien yang terinfeksi wabah lokal. Cina adalah negara terbaru untuk menyetujui perawatan Covid-19 serupa, dengan regulator Inggris pekan lalu juga mengizinkan perawatan antibodi.

Otoritas kesehatan Uni Eropa juga telah menyetujui pil untuk penggunaan darurat yang melibatkan obat antivirus yang memperlambat penyakit dengan mengurangi kapasitas virus untuk bereproduksi di dalam tubuh. Meski pil lebih mudah digunakan, pengobatan paling efektif untuk Covid-19 saat ini melibatkan antibodi monoklonal, yang diberikan melalui infus.

China juga memiliki beberapa vaksin yang disetujui secara kondisional, tetapi tingkat kemanjuran yang dipublikasikan tertinggal di belakang vaksin saingan yang dikembangkan di negara lain. Sebuah studi oleh Universitas China Hong Kong yang diterbitkan bulan lalu menemukan orang yang diinokulasi dengan vaksin BioNTech memiliki tingkat antibodi yang jauh lebih tinggi daripada Sinovac China.

Studi tersebut menemukan respon sel T sel darah putih yang mengingat bagaimana melawan penyakit tetap kuat pada pasien Sinovac. Hong Kong telah mulai menyerukan penduduk yang divaksinasi dengan Sinovac untuk mengambil booster ketiga untuk meningkatkan tingkat perlindungan mereka.

Baca Juga


BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler