Ilmuwan: Waspadai Omicron Serang Anak-Anak
Omicron dapat menginfeksi anak-anak pada tingkat lebih tinggi daripada sebelumnya.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Para ilmuwan yang telah mengumpulkan lebih banyak data tentang varian terbaru virus penyebab Covid-19, omicron. Mereka menilai strain super ini memiliki potensi masalah besar terhadap anak-anak.
Dilansir laman The Sun, salah satu tanda yang mengkhawatirkan adalah omicron dapat menginfeksi anak-anak pada tingkat yang lebih tinggi daripada sebelumnya. Demografi antara Inggris dan Afrika Selatan yang berbeda membuat para ilmuwan masih belum mengetahui secara pasti bagaimana varian tersebut dapat berperilaku dari satu negara ke negara lain.
Dokter yang pertama kali membunyikan alarm tentang varian omicron mengklaim, varian itu menyebabkan gejala yang berbeda. Ketua Asosiasi Medis Afrika Selatan, dr Angelique Coetzee, menyatakan gejala utama omicron yang dia lihat pada pria muda adalah kelelahan, pegal-pegal, dan sakit kepala.
Dr Coetzee menggambarkan satu kasus yang sangat menarik dari seorang gadis enam tahun. Pasien itu memiliki suhu dan denyut nadi yang sangat tinggi. Ini mungkin tanda-tanda yang harus diwaspadai pada anak Anda, meski ini hanyalah satu kasus.
Dr Coetzee, yang juga anggota Komite Penasihat Menteri untuk Vaksin, mengatakan varian omicron tidak seperti delta. Sejauh ini, pasien belum melaporkan kehilangan fungsi indra penciuman atau pengecapan.
Sementara itu, seorang spesialis kesehatan masyarakat di Provinsi Gauteng Ntsakisi Maluleke mengatakan, banyak pasien melaporkan gejala seperti flu yang tidak spesifik, seperti tenggorokan gatal. Maluleke mendesak orang tua untuk tidak menganggap enteng gejala seperti flu dan melakukan tes. Tapi dia meyakinkan anak-anak memiliki gejala yang ringan.
Sementara itu, petinggi kesehatan di Afrika Selatan melihat lebih banyak balita dirawat di rumah sakit daripada yang pernah terlihat sebelumnya dalam pandemi. Para ahli mengatakan, mungkin anak-anak lebih rentan terhadap varian ini.
Tingginya angka pasien anak-anak di Afrika Selatan mungkin saja juga karena anak-anak dan orang dewasa yang lebih muda belum divaksinasi Covid-19. Anak-anak berusia 12 tahun ke bawah di Afrika Selatan banyak yang tidak memenuhi syarat untuk disuntik vaksin.
Seorang ahli matematika dan profesor penelitian operasional di University College London, Prof Christina Pagel, mengatakan dia tidak berpikir tren itu adalah hasil dari program vaksin. Sebab, angka vaksinasi rendah di semua kelompok umur.
"Mereka belum memvaksinasi banyak orang di Afrika Selatan (dari segala usia), dan jumlah anak-anak tidak lebih banyak dibandingkan dengan orang dewasa. Jumlah anak yang sakit di gelombang ini lebih banyak dibandingkan gelombang sebelumnya. Mereka melihat lebih banyak anak di rumah sakit daripada sebelumnya," kata dia.
Pagel mengatakan bahwa kondisi itu mengkhawatirkan. Dia menyebut sangat mungkin omicron akan menjadi strain paling dominan di Inggris, dan gelombang baru tidak akan menjadi lebih jelas sampai Tahun Baru.