Varian Omicron Diprediksi Mendominasi UE pada Pertengahan Januari

Peningkatan infeksi Covid-19 akan membuat Eropa diselimuti kesuraman selama liburan.

Republika
Varian Omicron. Peningkatan infeksi Covid-19 akan membuat Eropa diselimuti kesuraman selama libur Natal dan Tahun Baru.
Rep: Rizky Jaramaya Red: Dwi Murdaningsih

REPUBLIKA.CO.ID,BRUSSELS -- Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen pada Rabu (15/12) mengatakan, omicron diperkirakan akan menjadi varian virus corona yang dominan di Uni Eropa (UE) pada pertengahan Januari. Peningkatan infeksi Covid-19 akan membuat Eropa diselimuti kesuraman selama libur Natal dan Tahun Baru.

Baca Juga


Von der Leyen mengatakan, UE siap memerangi omicron. Dia meyakini UE memiliki kekuatan dan sarana untuk mengatasi penyakit itu. Di sisi lain, von der Leyen mengungkapkan kekecewaan bahwa, perayaan akhir tahun akan terganggu oleh pandemi.
 
"Seperti Anda, saya sedih Natal tahun ini akan kembali dibayangi oleh pandemi," kata von der Leyen.
 
Von der Leyen mengatakan, UE sekarang menghadapi tantangan ganda yaitu peningkatan kasus Covid-19 secara masif dalam beberapa pekan terakhir karena varian delta, dan dikombinasikan dengan munculnya omicron. Beberapa negara UE telah dihadapkan dengan rekor jumlah infeksi.
 
"Kami melihat peningkatan jumlah orang yang jatuh sakit, beban yang lebih besar pada rumah sakit dan peningkatan jumlah kematian,” kata von der Leyen.
 
Von der Leyen berpendapat, sebagian besar peningkatan infeksi Covid-19 disebabkan oleh varian delta. Sekarang, UE menghadapi varian omicron yang lebih menular.
 
“Dan yang saya khawatirkan adalah bahwa kita sekarang menghadapi varian baru omicron, yang tampaknya lebih menular," ujar van der Leyen.
 
Di Inggris, kasus omicron berlipat ganda setiap dua hingga tiga hari. Von der Leyen mengatakan, varian omicron kemungkinan akan menyebar pada tingkat yang sama di UE.  Menurut analisis data dari Afrika Selatan pada Selasa (14/12), omicron lebih mudah menyebar dari orang ke orang dan kebal terhadap antibodi yang dibentuk oleh vaksin. Namun di sisi lain, gejala orang yang terpapar omicron cenderung lebih ringan.
 
Von der Leyen mengatakan, Eropa sekarang berada dalam posisi yang lebih baik untuk memerangi virus corona. Dia mengatakan, lebih dari 300 juta orang di UE telah divaksinasi lengkap dan 62 juta orang telah mendapatkan suntikan booster. Von der Leyen mengatakan, 300 juta dosis vaksin per bulan dapat diproduksi di Eropa. Selain itu, perusahaan membutuhkan  waktu sekitar 100 hari untuk mengadaptasi vaksin Covid-19 saat ini agar dapat menangkal varian omicron  jika diperlukan.
 
"Data awal omicron menunjukkan kepada kita bahwa suntikan dosis ketiga atau booster adalah perlindungan terbaik terhadap varian baru,” kata von der Leyen.
 
Von der Leyen mengatakan, skeptisisme vaksin perlu diperangi, terutama di negara-negara anggota yang tertinggal dalam tingkat vaksinasi. “Karena dampak yang akan kita bayar jika masyarakat tidak divaksinasi terus meningkat,” ujarnya. 
 
Kanselir Jerman Olaf Scholz mengatakan, pemerintahan barunya akan melakukan segala upaya untuk mengatasi pandemi virus korona agar orang-orang dapat kembali menjalani kehidupan normal. Scholz juga mengatakan, pemerintah tidak akan mentolerir ekstremis yang mencoba memaksakan kehendak mereka terhadap kebijakan virus korona.
 
 
“Kami tidak punya banyak waktu,” kata Scholz.
 
Ketika pemerintah bersiap untuk musim liburan, Yunani dan beberapa negara Uni Eropa lainnya mulai memvaksinasi anak-anak berusia 5-11 pada Rabu.  Italia, Spanyol, dan Hongaria juga termasuk di antara negara-negara yang memperluas program vaksinasi untuk anak-anak yang lebih muda. Lembaga nasional secara resmi mendukung persetujuan regulator UE bulan lalu untuk mengizinkan pemberian vaksin Pfizer-BioNTech bagi anak-anak. 

sumber : AP
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler