AS Umumkan Kematian Pertama Akibat Omicron, Korban tidak Divaksinasi
Warga AS yang tidak divaksinasi menjadi korban meninggal pertama infeksi omicron.
REPUBLIKA.CO.ID, HOUSTON -- Seorang pria yang tidak divaksinasi diyakini menjadi kasus kematian pertama yang disebabkan oleh varian omicron di Amerika Serikat. Media setempat memberitakannya pada Senin (20/12).
"Sedih untuk melaporkan kematian lokal pertama akibat virus corona varian omicron. Seorang pria berusia 50-an dari bagian timur Harris County yang tidak divaksin," kata hakim setempat Lina Hidalgo di Twitter.
Korban memiliki penyakit bawaan, menurut Hidalgo. Laporan ABC News dan Fox News menyebutkan bahwa kasus di Harris County, Texas ini diyakini sebagai kematian pertama penderita infeksi omicron di AS. Varian omicron menyumbang 73,2 persen kasus baru di seluruh negeri selama sepekan hingga 18 Desember, demikian informasi Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit AS (CDC), Senin.
Di Inggris, sebanyak 44 orang sudah menjadi korban meninggal akibat infeksi omicron dalam 28 hari setelah tes positif Covid-19. Kasus harian Covid-19 akibat omicron di seluruh Inggris telah melampaui 45 ribu per Senin (20/12) waktu setempat.
Badan Keamanan Kesehatan Inggris (UKHSA) mencatat jumlah total kasus omicron sejak terdeteksi pada November di Inggris kini adalah 45.145. Sementara 91.743 kasus baru Covid-19 tercatat dalam 24 jam terkahir. Ini adalah angka harian tertinggi kedua sejak awal pandemi.
"Dari angka baru kasus Covid-19, sebanyak 8.044 dites positif omicron," kata UKHSA dikutip laman Anadolu Agency, Selasa.
Sementara itu, Ketua Federasi Rumah Sakit Jerman, Gerald Gass, mengatakan varian omicron yang menyebar dengan cepat dapat melumpuhkan sistem kesehatan yang sudah kewalahan di Jerman. Gass mengatakan, rumah sakit akan terdesak mencapai batas kapasitas rawat maksimal jika kasus omicron menjadi lebih agresif dalam beberapa pekan mendatang.
"Studi menunjukkan varian omicron lebih menular daripada varian delta, dan perlindungan vaksin lebih rendah tanpa suntikan booster. Jika perkiraan itu benar, dalam skenario terburuk, kita akan memiliki sejumlah besar pasien yang sakit parah," ujar Gass, dilansir Anadolu Agency, Selasa (21/12).
Lebih cepat menular
Omicron telah terdeteksi setidaknya di 89 negara kurang dari sebulan sejak pertama kali ditemukan pada akhir November di Afrika Selatan.
Kepala Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada Senin (20/12) mengungkapkan bahwa varian omicron lebih cepat menular daripada varian delta dan dapat menginfeksi penerima vaksin atau penyintas Covid-19.
"Ada bukti konsisten bahwa omicron secara signifikan menyebar lebih cepat ketimbang varian delta dan kemungkinan orang-orang yang sudah divaksin atau penyintas Covid-19 dapat terinfeksi atau kembali terinfeksi," kata Dirjen WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus saat konferensi pers di Jenewa.
Kepala ilmuan WHO Soumya Swaminathan mengatakan bahwa varian omicron berhasil lolos dari beberapa respons imun. Itu artinya bahwa program vaksinasi booster yang sedang berlangsung di banyak negara harus menargetkan orang-orang dengan sistem imun yang lemah.
Omicron tampaknya lebih lincah menghindari antibodi yang dihasilkan dari sejumlah vaksin Covid-19. Meski begitu, ada bentuk imun lain yang mungkin mencegah infeksi dan penyakit, menurut pejabat WHO.
"Kami tidak percaya bahwa semua vaksin akan menjadi tidak efektif sama sekali," kata Swaminathan.
Pakar WHO Abdi Mahamud menjelaskan, antibodi netralisasi memang menurun. Akan tetapi, hampir semua data menunjukkan bahwa T-sel masih utuh dan itulah yang paling penting.
"Selagi pertahanan antibodi dirusak dari beberapa penjuru, ada harapan bahwa sel T, yang menjadi pilar kedua dalam respons imun, mampu mencegah penyakit parah dengan menyerang sel manusia yang terinfeksi," tuturnya.