Kazakhstan Tahan 5.100 Demonstran

Otoritas keamanan Kazakhstan telah menahan lebih dari 5.100 demonstran

Vladimir Tretyakov/NUR.KZ via AP
Tentara Kazakhstan bersiap untuk menghentikan pengunjuk rasa di Almaty, Kazakhstan, Kamis, 6 Januari 2022. Presiden Kazakhstan mengizinkan pasukan keamanan pada hari Jumat untuk menembak untuk membunuh mereka yang berpartisipasi dalam kerusuhan, membuka pintu untuk eskalasi dramatis dalam tindakan keras terhadap protes anti-pemerintah yang berubah menjadi kekerasan. Negara Asia Tengah itu pekan ini mengalami protes jalanan terburuk sejak memperoleh kemerdekaan dari Uni Soviet tiga dekade lalu, dan puluhan orang tewas dalam kerusuhan itu.
Rep: Kamran Dikarma Red: Agung Sasongko

REPUBLIKA.CO.ID, NUR-SULTAN – Otoritas keamanan Kazakhstan telah menahan lebih dari 5.100 demonstran yang terlibat dalam aksi protes menentang kenaikan harga bahan bakar gas cair. Puluhan pengunjuk rasa dan polisi sudah tewas sejak gelombang demonstrasi dimulai awal bulan ini.

Baca Juga


 

“Saat ini, 5.135 orang telah ditahan di seluruh Kazakhstan,” kata ungkap layanan pers Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) Kazakhstan dalam sebuah pernyataan, Ahad (9/1/2022), dikutip laman kantor berita Rusia, TASS.

Menurut Kemendagri Kazakhstan, sebanyak 125 investigasi pra-persidangan telah diluncurkan untuk kasus pembunuhan, kekerasan terhadap pejabat pemerintah, perampokan, tindakan keonaran, dan pencurian.

Menurut Mendagri Kazakhstan Yerlan Turgumbayev, selama demonstrasi berlangsung, lebih dari 400 kendaraan dirusak atau hancur, termasuk 346 kendaraan milik polisi. Selain itu, lebih dari 100 fasilitas perdagangan besar dan bank dijarah.

Pada Sabtu (8/1/2022) lalu, Presiden Kazakhstan Kassym-Jomart Tokayev melakukan percakapan via telepon dengan Presiden Rusia Vladimir Putin.  Pada kesempatan itu, Tokayev menginformasikan perkembangan situasi terkait krisis di negaranya kepada Putin. 

"Presiden Federasi Rusia Vladimir Putin melakukan percakapan telepon yang panjang dengan Presiden Republik Kazakhstan Kassym-Jomart Tokayev. Presiden Kazakhstan berbicara secara rinci tentang situasi saat ini di negara itu, mencatat pergeseran menuju stabilisasi," kata Kremlin dalam sebuah pernyataan.

 

 

Tokayev dan Putin bertukar pandangan perihal cara-cara yang mungkin diambil untuk memulihkan ketertiban di Kazakhstan. Tokayev menilai, perlu ada pembicaraan antara para pemimpin negara anggota Collective Security Treaty Organisation (CSTO), sebuah aliansi keamanan yang didukung Rusia.

“Dalam hal ini, ia (Tokayev) bermaksud untuk mengadakan konferensi video Dewan Keamanan Kolektif CSTO yang diketuai oleh Armenia sebagai ketua organisasi saat ini dalam beberapa hari mendatang. Vladimir Putin mendukung proposal ini," ungkap Kremlin.

Sebelumnya Tokayev memang telah meminta bantuan CSTO untuk memadamkan gelombang demonstrasi menentang kenaikan harga bahan bakar gas cair di Kazakhstan. Dia menuding unjuk rasa itu dipimpin oleh “teroris”.

Sejak 2 Januari lalu, Kazakhstan diguncang aksi demonstrasi menentang kenaikan harga bahan bakar gas cair. Unjuk rasa kemudian meluas ke seluruh kota dan desa di sana. Dari penolakan kenaikan harga bahan bakar gas, massa pada akhirnya menuntut “reformasi”. Meski saat ini Kazakhstan dipimpin Tokayev, tapi kekuasaan dan pengaruh presiden pertama Kazakhstan, yakni Nursultan Nazarbayev, dinilai masih kental.

 

Nazarbayev mundur dari jabatan presiden pada 2019 lalu atau hampir tiga dekade setelah berkuasa di Kazakhstan. Keluarganya dilaporkan menguasai, bahkan memonopoli, sebagian besar sektor ekonomi di sana, termasuk sektor minyak dan gas. Monopoli dianggap menjadi salah satu faktor yang melatari naiknya harga bahan bakar gas cair di negara tersebut. (Kamran Dikarma)

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler