Jelang Australian Open, Visa Djokovic Kembali Dibatalkan Pemerintah Australia

Novak Djokovic terancam batal berlaga di Australian Open 2022.

AP/Darko Vojinovic
Sebuah lukisan dinding yang menggambarkan pemain tenis Serbia Novak Djokovic di dinding di Beograd, Serbia, Kamis, 6 Januari 2022. Pemerintah Australia telah menolak masuknya peringkat No. 1 Novak Djokovic untuk mempertahankan gelarnya di turnamen besar tenis pertama tahun ini dan membatalkannya visa karena dia gagal memenuhi persyaratan untuk pengecualian aturan vaksinasi COVID-19 negara itu.
Rep: Anggoro Pramudya Red: Israr Itah

REPUBLIKA.CO.ID, MELBOURNE -- Pemerintah Australia mengonfirmasi telah membatalkan visa bintang tenis asal Serbia Novak Djokovic untuk kedua kalinya berturut-turut. Itu setelah petenis nomor wahid dunia diklaim belum menjalani vaksinasi Covid-19.

Baca Juga


Djokovic sebelumnya dijadwalkan bermain di Australiam Open 2022 di Melbourne, yang dimulai pada Senin, 17 Januari. Namun, Menteri Imigrasi Australia Alex Hawke menyebut Djokovic tidak memiliki landasan yang kuat untuk ikut serta dalam turnamen Australian Open karena protokol kesehatan (prokes) terkait Covid-19.

"Hari ini saya menggunakan kapasitas saya untuk membatalkan visa yang dimiliki tuan Novak Djokovic dengan alasan kesehatan dan ketertiban, atas dasar kepentingan umum untuk melakukannya," kata Alex Hawke dikutip BBC Sports, Jumat (14/1).

Perdana Menteri Australia Scott Morrison mengatakan keputusan tersebut sangatlah tepat. Meskipun adanya kritik keras terhadap pemerintahnya yang menolak visa Djokovic.

Dalam pernyataannya, Morrison mengeklaim warga Australia telah membuat banyak pengorbanan selama pandemi yang sulit ini. Mereka mengharapkan hasil dari pengorbanan itu perlu dilindungi.

Petenis yang akrab disapa Nole itu sebelumnya dikabarkan bakal dideportasi dari Australia dan tidak boleh mengunjungi negara tersebut selama tiga tahun.

Tetapi, pengacara pemerintah Australia mengindikasikan Djokovic tidak akan dideportasi dan masih bisa mengajukan banding. Pasalnya, itu terjadi setelah Djokovic menyampaikan informasi bahwa agennya secara tak sengaja membuat pernyataan keliru pada formulir perjalannya.

ABF (Australian Border Force) menyatakan Djokovic tidak memenuhi persyaratan masuk Australia. Petenis berusia 34 tahun itu membela diri dan mengaku memiliki izin medis khusus yang diberikan penyelenggara Australian Open 2022.

Tim hukum Djokovic menyebut keputusan menteri untuk membatalkan visa kliennya sangat tidak rasional. Merujuk pada sebuah dokumen pemerintah dengan rincian lebih lanjut tentang mengapa itu dicabut.

Pengacara Djokovic, Nicholas Wood, mengatakan itu bukan karena dia berbahaya bagi publik, tetapi karena dia akan membangkitkan sentimen anti-vaksinasi kepada masyarakat Australia.

"Menteri telah memilih untuk menghapus seorang pria yang bereputasi baik dari Australia dan merusak karier masa depannya atas komentar antoi-vaksinasi yang sempat dibuat oleh Djokovic pada 2020," demikian pernyataan Nicholas Wood.

Pemenang Australia terbuka sembilan kali itu berharap mempertahankan gelarnya pada kejuaraan tersebut. Jika ia memenangkan titel tersebut, Djokovic menjadi petenis pria paling sukses dalam sejarah dengan rekor 21 gelar Grand Slam.

Untuk saat ini, Djokovic masih berada dalam undian Australian Open dan akan menghadapi sesama petenis Serbia Miomir Kecmanovic awal pekan depan. Namun, jika dia dideportasi, slotnya kemungkinan besar akan diberikan kepada pemain Rusia Andrey Rublev.

Djokovic ditahan berjam-jam di bagian imigrasi bandara ketika dia pertama kali tiba, dan kemudian menghabiskan berhari-hari di hotel imigrasi.

Kekisruhan tentang Djokovic dalam Australia Open 2022 berawal dari reaksi keras dari beberapa masyarakat Negeri Kanguru, yang telah berjuang dalam karantina Covid-19. Apalagi Melbourne bertahan selama 262 hari di bawah pembatasan ketat dalam beberapa tahun terakhir. Namun Djokovic mendapatkan pembelaan dari kelompk antivaksin, meskipun ia tak pernah secara terbuka menganjurkan menolak vaksinasi.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Berita Terpopuler