Obat Asam Lambung Populer Bisa Picu Kanker, Jangan Sembarang Konsumsi

Penggunaan jangka panjang obat asam lambung bisa picu kanker lambung.

Republika/Reiny Dwinanda
Obat-obatan (Ilustrasi). Obat asam lambung populer, seperti lansoprazole, omeprazole, dan pantoprazole dapat meningkatkan risiko kanker lambung jika dikonsumsi dalam jangka panjang.
Rep: Adysha Citra Ramadani Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Proton Pump Inhibitors (PPI) merupakan kelompok obat yang sangat umum diresepkan untuk jangka pendek kepada pasien dengan masalah asam lambung. Akan tetapi, tak sedikit pasien yang menggunakan obat ini atas inisiatif sendiri dalam jangka panjang.

Penggunaan PPI yang berulang dalam jangka panjang dan tanpa konsultasi dokter secara berkala bisa membawa risiko tersendiri bagi kesehatan pasien. Salah satu di antaranya adalah kanker lambung.

PPI pada dasarnya merupakan kelompok obat yang bekerja pada sel-sel di dalam lambung. Fungsi dari PPI adalah untuk menurunkan jumlah asam yang diproduksi lambung. Beberapa contoh obat PPI adalah esomeprazole, lansoprazole, omeprazole, pantoprazole, dan rabeprazole.

Dua studi terbaru menemukan adanya hubungan antara penggunaan PPI dalam jangka panjang dengan risiko kanker lambung. Peningkatan risiko ini bisa mencapai dua kali lipat lebih besar.

Studi pertama dilakukan oleh peneliti dari University College London, Inggris pada 2012-2015. Selama periode tersebut, ada sebanyak 3.271 partisipan yang menggunakan obat PPI dan 21.729 partisipan yang menggunakan obat H2 blocker.

Baca Juga


H2 blocker merupakan sekelompok obat yang juga berfungsi untuk menurunkan produksi asam di lambung. Beberapa contonya adalah cimetidine, famotidine, nizatidine, dan ranitidine.

Di pengujung masa pemantauan, ada 153 partisipan yang terdiagnosis dengan kanker lambung. Peneliti menemukan tak adanya hubungan antara H2 blocker dengan peningkatan risiko kanker lambung. Akan tetapi, penggunaan PPI tampak berkaitan dengan peningkatan risiko kanker lambung hingga dua kali lipat.

Studi kedua dilakukan oleh peneliti dari University of Hong Kong dan melibatkan lebih dari 60 ribu pasien. Para pasien ini menggunakan obat PPI untuk mengatasi masalah infeksi bakteri H pylori. Seperti diketahui, PPI tak hanya digunakan untuk mengobati masalah asam lambung seperti GERD, tetapi juga infeksi bakteri H pylori.

Bakteri yang hidup di dalam saluran pencernaan ini bisa menyebabkan tukak dan meningkatkan risiko kanker lambung. Berdasarkan studi, peneliti menemukan bahwa penggunaan PPI dalam jangka panjang justru meningkatkan risiko kanker lambung lebih dari dua kali lipat.

Studi dari Swedia pada pasien yang menggunakan PPI juga menunjukkan hasil serupa. Akan tetapi, beberapa penelitian mendapatkan temuan yang berlawanan.

Chief of the Division of Outpatient Medicine di Cancer Treatment Centers of America (CTCA) dr Anthony Perre MD menekankan bahwa penggunaan obat PPI harus dilakukan di bawah pengawasan dokter. Dr Perre juga mengimbau agar pasien yang sedang diresepkan obat PPI tidak berhenti mengonsumsi obat tersebut begitu saja.

"Sering kali, orang-orang mengalami gejala rebound setelah menghentikan (penggunaan PPI) tiba-tiba," jelas dr Perre, seperti dilansir Times Now News, Jumat (21/1/2022).

Perubahan pola makan dan gaya hidup dapat membantu mengurangi ketergantungan pasien terhadap penggunaan PPI. Mengurangi konsumsi kafein, menjauhi makanan pedas dan alkohol, serta makan tidak terlalu larut juga akan membantu.

"Namun, pada sebagain orang yang tak membaik (setelah melakukan perubahan), mereka mungkin membutuhkan terapi PPI dalam jangka panjang," ujar dr Perre.

Dengan kata lain, keputusan untuk melanjutkan penggunaan obat PPI harus dilakukan berdasarkan konsultasi dengan dokter. Pasien diharapkan tidak berinisiatif sendiri untuk menggunakan obat PPI secara berulang hanya karena pernah diresepkan obat tersebut sekali untuk jangka pendek.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler