Ilmuwan Konfirmasi Adanya Asteroid Trojan Bumi Terbesar, Berbahaya?

Sejauh ini, ilmuwan telah menamukan 2 asteroid trojan Bumi.

EPA
Asteroid/ilustrasi
Rep: Noer Qomariah Kusumawardhani  Red: Dwi Murdaningsih

REPUBLIKA.CO.ID, CHILE -- Dengan memindai langit sangat dekat dengan cakrawala saat matahari terbit, Teleskop SOAR di Chile telah membantu para astronom mengonfirmasi keberadaan asteroid Trojan Bumi kedua yang diketahui. Teleskop mengungkap lebar asteroid trojan kedua ini lebih dari satu kilometer, atau sekitar tiga kali lebih besar dari yang pertama.

Baca Juga


Menggunakan Teleskop SOAR (Penelitian Astrofisika Selatan) 4,1 meter di Cerro Pachon di Chile, para astronom yang dipimpin oleh Toni Santana-Ros dari University of Alicante dan Institute of Cosmos Sciences of the University of Barcelona mengamati asteroid 2020 XL5 yang baru ditemukan untuk membatasi orbit dan ukurannya. Hasil mereka mengonfirmasi bahwa 2020 XL5 adalah Trojan Bumi.

Trojan adalah pendamping asteroid ke Bumi yang mengorbit Matahari di sepanjang jalur yang sama seperti planet kita. Sejauh ini, asteroid tersebut merupakan terbesar yang pernah ditemukan.

“Trojan adalah objek yang berbagi orbit dengan sebuah planet, berkerumun di sekitar salah satu dari dua area seimbang gravitasi khusus di sepanjang orbit planet yang dikenal sebagai titik Lagrange,” kata Cesar Briceno dari NOIRLab NSF, yang merupakan salah satu penulis makalah yang terbit pada Selasa  di Nature Communications.

Dilansir dari Tech Explorist, Rabu (2/2/2022), beberapa planet di Tata Surya diketahui memiliki asteroid Trojan. Asteroid ditemukan pada 12 Desember 2020 oleh teleskop survei Pan-STARRS1 di Hawai’i. 2020 XL5 jauh lebih besar daripada Trojan Bumi pertama yang ditemukan, yang disebut 2010 TK7. Para peneliti menemukan bahwa XL5 2020 berdiameter sekitar 1,2 kilometer sekitar tiga kali lebar yang pertama (TK7 2010 diperkirakan kurang dari 400 meter).

Ketika 2020 XL5 ditemukan, orbitnya mengelilingi Matahari tidak cukup diketahui untuk mengatakan apakah itu hanya asteroid dekat Bumi yang melintasi orbit kita, atau apakah itu benar-benar Trojan. Pengukuran SOAR sangat akurat sehingga tim Santana-Ros kemudian dapat kembali dan mencari XL5 2020 dalam gambar arsip dari 2012 hingga 2019 yang diambil sebagian dari Dark Energy Survey menggunakan Dark Energy Camera (DECam). Dengan hampir 10 tahun data yang ada, tim mampu meningkatkan pemahaman kita tentang orbit asteroid.

“Data SOAR memungkinkan kami untuk membuat analisis fotometrik pertama dari objek, mengungkapkan bahwa 2020 XL5 kemungkinan adalah asteroid tipe C, dengan ukuran lebih besar dari satu kilometer,” kata Santana-Ros.

 

 

Asteroid tipe C berwarna gelap, mengandung banyak karbon, dan merupakan jenis asteroid yang paling umum di Tata Surya. Temuan ini juga menunjukkan bahwa XL5 2020 tidak akan selamanya menjadi asteroid Trojan. Ia akan tetap stabil pada posisinya setidaknya selama 4.000 tahun lagi. Namun, pada akhirnya ia akan terganggu secara gravitasi dan melarikan diri untuk mengembara melalui ruang angkasa.

XL5 2020 dan 2010 TK7 mungkin bukan hanya dua tersebut yang merupakan Trojan Bumi. Mungkin ada lebih banyak Trojan Bumi yang sejauh ini terdeteksi saat mereka muncul di dekat Matahari di langit.

Pencarian, dan pengamatan Trojan Bumi harus dilakukan dekat dengan matahari terbit atau terbenam, dengan teleskop mengarah ke dekat cakrawala. SOAR mampu menunjuk ke bawah hingga 16 derajat di atas cakrawala, sementara banyak teleskop 4 meter (dan lebih besar) tidak dapat membidik serendah itu.

“Ini adalah pengamatan yang sangat menantang, membutuhkan teleskop untuk melacak dengan benar pada batas ketinggian terendah, karena objek itu sangat rendah di ufuk barat saat fajar,” kata Briceno.

Trojan Bumi terbuat dari bahan primitif yang berasal dari kelahiran Tata Surya. Trojan Bumi dapat mewakili beberapa blok bangunan yang membentuk planet kita, mereka adalah target yang menarik untuk misi luar angkasa di masa depan.

 

“Jika kita dapat menemukan lebih banyak Trojan Bumi, dan jika beberapa dari mereka dapat memiliki orbit dengan kemiringan yang lebih rendah, mereka mungkin menjadi lebih murah untuk dijangkau daripada Bulan kita. Jadi mereka mungkin menjadi basis ideal untuk eksplorasi lanjutan Tata Surya, atau bahkan bisa menjadi sumber dari sumber daya,” ujar Briceno.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler