Badai Geomagnetik Hancurkan 40 Satelit Internet Starlink

Satelit Starlink akan hancur sebagai puing yang tidak berbahaya.

AP/Malcolm Denemark/Florida Today
Roket SpaceX Falcon 9 lepas landas dalam misi membawa satelit Starlink. ilustrasi
Rep: Noer Qomariah Kusumawardhani  Red: Dwi Murdaningsih

REPUBLIKA.CO.ID, FLORIDA -- Perusahaan dirgantara SpaceX kehilangan hingga 40 satelit internet Starlink baru. Badai geomagnetik terjadi tepat sehari setelah peluncuran armada pekan lalu.

Baca Juga


Roket SpaceX Falcon 9 meluncurkan 49 satelit Starlink pada Kamis (3/2/2022) dari Pad 39A NASA di Kennedy Space Center di Florida. Sehari kemudian, badai geomagnetik di atas Bumi meningkatkan kepadatan atmosfer, meningkatkan hambatan pada satelit dan menghancurkan sebagian besar dari satelit.

“Analisis awal menunjukkan peningkatan hambatan pada ketinggian rendah mencegah satelit meninggalkan mode aman untuk memulai manuver peningkatan orbit, dan hingga 40 satelit akan masuk kembali atau sudah memasuki kembali atmosfer bumi,” tulis SpaceX dalam pembaruan Selasa (8/2/2022), dilansir dari Space, Rabu (9/2/2022).

Badai geomagnetik terjadi ketika angin matahari yang intens di dekat Bumi memunculkan arus dan plasma yang bergeser di magnetosfer Bumi. Interaksi ini dapat menghangatkan atmosfer yang cukup tinggi di atas planet untuk memengaruhi satelit di orbit rendah seperti pesawat Starlink baru SpaceX.

Badai geomagnetik Jumat (4/2/2022) datang setelah letusan matahari pada 30 Januari yang mengirimkan gelombang partikel bermuatan ke Bumi yang diperkirakan tiba pada 2 Februari.

Sebanyak 49 satelit yang diluncurkan SpaceX pekan lalu dikerahkan dalam orbit awal yang meluncur serendah 210 kilometer di atas Bumi pada titik terendahnya. SpaceX mengatakan pihaknya sengaja merilis kumpulan Starlink di orbit rendah sehingga dapat dibuang dengan cepat jika terjadi kegagalan sesaat setelah peluncuran. Desain orbit itu ternyata membuat armada rentan terhadap badai geomagnetik Jumat (4/2/2022).

“Faktanya, GPS onboard menunjukkan kecepatan eskalasi dan tingkat keparahan badai menyebabkan hambatan atmosfer meningkat hingga 50 persen lebih tinggi daripada saat peluncuran sebelumnya,” tulis SpaceX dalam pembaruannya.

Satelit kemudian ditempatkan dalam “mode aman” pelindung dan diperintahkan untuk terbang “seperti selembar kertas” untuk meminimalkan efek hambatan saat perusahaan bekerja dengan Angkatan Luar Angkasa AS dan perusahaan LeoLabs untuk melacaknya dengan radar berbasis darat. Satelit yang rusak ini diperkirakan butuh 40 hari sebelum akhirnya jatuh dari orbit seperti puing-puing ruang angkasa.

“Satelit-satelit yang mengalami deorbiting tidak menimbulkan risiko tabrakan dengan satelit lain dan secara desain akan mati saat masuk kembali ke atmosfer-yang berarti tidak ada puing-puing orbit yang dibuat dan tidak ada bagian satelit yang menyentuh tanah,” tulis SpaceX tentang masuknya kembali satelit tersebut.

Peluncuran Starlink SpaceX pekan lalu, yang disebut misi Starlink 4-7, adalah penerbangan Starlink ketiga perusahaan pada 2022. Sebanyak 49 satelit diharapkan bergabung dengan lebih dari 1.800 satelit Starlink lainnya yang saat ini berada di orbit.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Berita Terpopuler