Angka Kematian dan BOR RS Rendah Meski Kasus Harian Covid-19 Cetak Rekor Baru
Pada Selasa, Indonesia mencetak rekor baru kasus harian Covid-19 sebanyak 57.049.
REPUBLIKA.CO.ID, oleh Dian Fath Risalah, Dessy Suciati Saputri, Fauziah Mursid
Kasus harian Covid-19 di Indonesia pada Selasa (15/2/2022) mencatat rekor tertingginya selama pandemi di angka 57.049. Rekor sebelumnya tercatat pada 15 Juli 2021 saat puncak penularan varian Delta dengan 56.757 kasus per hari.
Meskipun kasus konfirmasi melonjak, angka kasus kematian Covid-19 berkurang menjadi 134 dalam 24 jam terakhir, setelah pada Senin (14/2/2022) kemarin, angka kematian bertambah 145. Angka kematian saat ini juga bisa dibilang jauh lebih kecil dibandingkan pada saat puncak penularan Delta yang bisa mencapai 900-2.000 kematian per hari.
Rendahnya angka kematian saat ini meski jumlah orang tertular Covid-19 lebih banyak dibandingkan saat periode penularan varian Delta didukung oleh rendahnya angka jumlah pasien yang dirawat di rumah sakit. Varian Omicron yang 'hanya' mengakibatkan gejala ringan bahkan tak ada gejalan terhadap pasien menjadi penyebabnya.
Kementrian Kesehatan menyatakan, hingga Selasa (15/2/2022), pasien yang dirawat di rumah sakit terus terkendali secara nasional. Angka pasien yang dirawat di rumah sakit berada di posisi 33 persen.
Sekretaris Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat, Kementerian Kesehatan, Siti Nadia Tarmizi mengatakan, saat ini rumah sakit masih cukup memadai untuk merawat pasien Covid-19 di fase Omicron ini. Bahkan per kemarin, jumlah total tempat tidur perawatan dan intensif Covid-19 ditambah dari 88.485 menjadi 91.018.
Belum ada daerah dengan tempat tidur dan perawatan intensifnya di angka 60 persen di Indonesia. Di DKI Jakarta sejauh ini, dari 15.313 tempat tidur isolasi yang disediakan baru terisi 54,9 persen.
Begitu juga dengan tempat tidur ICU yang tersedia 921, baru terisi 44,1 persen. Berbeda halnya dengan kondisi saat penularan Delta, di mana DKI Jakarta merawat pasien Covid-19 sampai sebanyak 18.824 orang.
“Perlu kami imbau dengan tegas kembali pasien dengan tanpa gejala (OTG) dan gejala ringan hendaknya dirawat secara isolasi mandiri (isoman) atau isolasi terpusat (isoter) yang disediakan pemerintah. Mari kita bantu saudara-saudara kita yang lebih membutuhkan perawatan intensif di rumah sakit karena memiliki gejala sedang, berat, kritis, dan memiliki komorbid,” ujar Nadia, Selasa (15/2/2022).
Juru Bicara Pemerintah Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito kemarin menambahkan, persentase keterisian tempat tidur di rumah sakit atau BOR untuk pasien Covid-19 menunjukkan tren kenaikan. Meskipun demikian, angkanya tercatat masih lebih rendah dibandingkan pada masa gelombang kedua atau penularan Delta.
Saat ini, persentase keterisian tempat tidur nasional sebesar 32,85 persen. Sementara, rekor tertinggi pada masa gelombang kedua,sebesar 77,32 persen.
“Persentase ketersediaan tempat tidur menunjukkan tren kenaikan meskipun angkanya masih lebih rendah dibanding lonjakan kedua,” ujar Wiku saat konferensi pers perkembangan Covid-19, Selasa.
Wiku menjelaskan, kasus positif nasional pada gelombang ketiga kali ini melonjak tajam lebih cepat dibandingkan saat gelombang kedua. Bahkan, jumlah kenaikan mingguan di minggu lalu hampir mencapai jumlah saat puncak kedua di masa varian Delta.
Pada minggu lalu, terdapat penambahan kasus positif sebesar 291 ribu. Sementara penambahan kasus tertinggi di puncak kedua adalah 350 ribu. Wiku mengatakan, peningkatan kasus positif ini juga berdampak pada tren kematian yang saat ini juga sudah mengalami peningkatan.
Kabar baiknya, peningkatan kasus kematian di masa lonjakan ketiga ini jauh lebih rendah dibandingkan saat lonjakan kedua. Pada minggu lalu, Satgas mencatat terdapat 505 orang meninggal. Sementara di masa lonjakan Delta ada lebih dari 12 ribu orang meninggal.
Untuk menghadapi kenaikan kasus, pemerintah telah menyiapkan ketersediaan tempat tidur untuk pasien Covid-19, termasuk dengan melakukan konversi tempat tidur di beberapa provinsi. Kendati demikian, Wiku mengingatkan kapasitas kesehatan tetap memiliki batasan meskipun saat ini masih banyak ketersediaan tempat tidur yang dapat dialokasikan untuk pasien Covid-19.
“Terlebih pula, saat ini sudah banyak tenaga kesehatan yang tertular dan sakit,” tambah Wiku.
Wiku kemarin juga mengungkapkan beberapa jenis penyakit penyerta (komorbid) yang bisa meningkatkan risiko kematian saat terpapar Covid-19. Di Indonesia, penyumbang angka kematian Covid-19 disumbang pasien dengan komorbid diabetes melitus.
Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) 2022, jenis penyakit tersebut yakni kanker, gangguan ginjal, hati, paru-paru yang kronis, gangguan neurologis diabetes melitus tipe 1 dan 2, gangguan jantung dan pembuluh darah, infeksi HIV, gangguan sistem kekebalan tubuh, obesitas, thalasemia dan beberapa gangguan kesehatan.
"Faktanya secara nasional, berdasarkan data yang diakses dari rumah sakit online per tanggal 13 Februari 2022, tercatat pertama, mayoritas kasus positif yang meninggal dikontribusikan oleh komorbid diabetes melitus," ujar Wiku dalam keterangan persnya secara virtual, Selasa.
Wiki melanjutnya, 15 persen di antaranya pasien yang memiliki riwayat komorbid lebih dari satu jenis penyakit. Ia menjelaskan, sebuah studi di rumah sakit di India juga menemukan lebih dari 90 persen pasien dengan lebih dari dua jenis komorbid meninggal dunia dibandingkan kasus positif yang hanya memiliki satu sampai dengan komorbid
Temuan kedua, mayoritas kasus positif yang mengalami gejala berat atau kritis memiliki komorbid diabetes melitus dan hipertensi, serta 19 persen dari mayoritas tersebut memiliki lebih dari satu jenis penyakit.
Karena itu, Wiku mengingatkan seluruh masyarakat termasuk mereka yang memiliki komorbid atau orang di sekitarnya, wajib berperan untuk melaporkan kasus positif pada kelompok rentan agar dapat ditangani secara dini.
"Bagi kasus positif mengidap komorbid atau orang di sekitarnya dimohon untuk segera menghubungi tenaga kesehatan walaupun gejala yang dirasakan tergolong ringan demi perawatan yang lebih efektif dan cepat," kata Wiku.
Ia juga mengimbau masyarakat yang memiliki komorbid untuk menyegerakan upaya vaksinasi baik dosis 1, 2 atau booster. Namun, dengan tetap mengkonsultasikan kondisi kesehatannya sebelum divaksinasi melalui fasilitas kesehatan terdekat.
Sayangnya, saat vaksinasi sudah terbukti mencegah risiko sakit berat dan kematian akibat Covid-19, menurut Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, masih ada provinsi di luar Jawa-Bali yang capaian angka vaksinasi dosis pertama di bawah 70 persen. Angka ini di bawah target capaian nasional untuk dosis pertama.
"Secara secara daerah vaksinasi dosis pertama masih ada tiga provinsi dengan capaian di bawah 70 persen yaitu Maluku, Papua Barat dan Papua," ujar Airlangga dalam konferensi pers rapat terbatas tentang PPKM, Senin (14/2).
Sementara untuk vaksinasi dosis kedua, masih ada daerah luar Jawa Bali yang belum mencapai 50 persen. Daerah tersebut yakni NTT, Kalimantan Selatan, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Barat, Maluku Utara, Aceh, Papua Barat, Maluku dan Papua.
Airlangga mengatakan, capaian ini juga turut menjadi perhatian Presiden Joko Widodo pada rapat terbatas hari ini. Karena itu, pemerintah daerah diminta untuk terus mengakselerasi vaksinasi di seluruh daerah.
"Pemerintah sesuai arahan bapak presiden diminta terus mengakselerasi vaksinasi terutama di luar Jawa Bali baik yang kedua maupun yang dimulai booster ketiga," ujarnya.