Filosofi Dibalik Makan Bubur Ayam Bersama Anies Baswedan-Ridwan Kamil
Anies-Ridwan Kamil mengajari bagaimana bertoleransi atas perbedaan dan persaingan.
Oleh : Agus Yulianto, Jurnalis Republika.co.id
REPUBLIKA.CO.ID, Belum lama ini, dua sosok gubernur terlihat kian akrab dalam beberapa moment. Pertama ketika keduannya beradu penalti di Jakarta International Stadium (JIS). Dan yang teranyar adalah ketika keduannya makan bubur ayam bersama di warung Bubur Ayam PR di Jalan Homan, Bandung. Dua sosok itu tak lain adalah Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dan Gubernur Jabar Ridwan Kamil.
Banyak orang yang mengait-ngaitkan pertemuan keduannya dengan moment pesta demokrasi rakyat pemilihan presiden (Pilpres) 2024. Namun, tak sedikitnya juga yang mengatakan bahwa keduanya tengah fokus pada pekerjaan yang diberikan pemerintah.
Yang jelas, apa pun pikiran pihak-pihak tersebut, maka moment kedua gubernur ini kerap bersama, adalah hal yang menarik untuk disimak. Pasalnya, hampir tak ada kepala daerah lain yang melakukan hal itu secara bersama, kecuali pada rapat terbatas yang digelar oleh presiden.
Ya, perbedaan memang banyak bentuknya dan juga bermacam-macam. Ini karena, aspek keberagaman di antara pihak, sangat luas.
Dalam momen makan bubur ayam bersama, tak sedikit yang memaknainya sebagai upaya menyatukan dan membangun chemistry, terutama menjelang Pilpres 2024 nanti. Momen ini pun tak mengherankan. Pasalnya, hingga saat ini, keduanya belum memiliki 'kendaraan' politik resmi untuk menuju ke arah itu.
Yang terjadi saat ini, justru partai politik tengah sibut mendongkrak elektabilitas para bos-bosnya. Tengok misalnya partai berlambang kepala banteng, PDI Perjuangan. Hingga saat ini, partai yang dipimpin Megawati Soekarnoputri masih belum memiliki figur yang pasti untuk maju dalam Pilpres 2024.
PDIP masih ingin agar elektabilitas Puan Maharani terus naik. Begitu juga dengan keinginan kader PDIP lainnya Ganjar Pranowo yang juga gubernur Jateng. Meski memiliki elektabilitas lebih tinggi dari Puan dalam beberapa survei, tapi hal itu belum bisa dikatakan mulus mengingat belum ada 'restu' dari Megawati.
Begitu juga dengan partai berlambang pohon beringin, Golkar. Hingga saat ini, mesin poltik mereka terus menggenjot elektabilitas Airlangga Hartarto. Namun, dalam beberapa hasil survei, posisi dia pun masih kalah jauh dari Prabowo, Ganjar, dan lainnya.
Kembali kepada kebersamaan Anies dan Kang Emil (sapaan Ridwan Kamil, red). Di saat partai politik terus menggenjot elektabilitas bos-bos mereka, Anies dan Kang Emil justru lebih santai dalam menyikapi karier politiknya. Keduanya mengaku masih harus fokus dengan pekerjaannya dalam sisa waktunya sebagai gubernur.
Namun di balik itu, kebersamaan keduannya sedikit banyak memiliki filosofi yang tentunya harus dicermati oleh pesaing-pesaing mereka di ajang Pilpres nanti. Momentum makan bubur ayam bersama antarkeduanya juga bisa diartikan sebagai upaya tengah membangun sebuah bangun besar dan tinggi. Memakan dan menikmati bubur ayam, bagi keduanya tidak hanya sekedar makan.
Namun, jauh dari itu. Saat bubur itu 'diaduk' atau pun 'tidak diaduk', keduanya jelas memiliki selera yang berbeda. Dalam komunikasi keduanya, bisa tergambar bagaimana sebuah perjuangan harus dilakukan sendiri atau juga berkolaborasi.
Dalam mempelajari keberagaman dan toleransi, sering mengumpamakannya dengan menggunakan filosofi bubur ayam, yakni diaduk atau tidak diaduk.
Yang jelas, meskipun adanya perbedaan antara mereka yang makan bubur diaduk dan tidak diaduk, keberagaman tersebut dapat tetap membawa orang untuk bisa mengobrol dan kongkow seperti biasa.
Yang pasti pula, masyarakat bisa menaikkan 'kelas' mereka untuk mempelajari toleransi lebih luas. Indonesia yang luas tentunya memiliki berbagai macam keanekaragaman di dalamnya.
Ya, pada Kamis (24/2) malam, keduanya kompak memesan menu makanan yang sama, yaitu bubur ayam, cakwe, ati ampela, dan telor lengkap dengan empingnya. Menurut Emil, sambil makan bubur, dirinya bersama Anies membicarakan beberapa hal. Bukan urusan politik, melainkan makanan seperti emping, ati ampela, hingga minuman teh botol.
"Ngomongin emping, ngomongin teh botol, ngomongin ati ampela," kata Emil. Keduanya pun makan bubur dengan ditemani oleh Ganjar Noor, musisi asal Kota Bandung yang membawakan beberapa lagu. Semua akan menjadi nikmat dan indah kala bangunan besar dan tinggi itu bisa terwujud. Semoga....