Omicron Punya Masa Penularan Minimal Enam Hari

Rata-rata, shedding virus hidup terjadi enam hari setelah gejala muncul.

republika.co.id
Menurut studi terkini, infeksi omicron menular setidaknya selama enam hari. (ilustrasi)
Rep: Adysha Citra Ramadani Red: Qommarria Rostanti

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Meski digadang sebagai varian yang lebih ringan, omicron bisa memiliki masa penularan yang sama seperti varian lain. Menurut studi terkini, infeksi omicron menular setidaknya selama enam hari.

Baca Juga


Studi ini dilakukan dengan cara menganalisis 56 sampel darah dari pasien Covid-19 yang baru terdiagnosis. Sebanyak 37 pasien terinfeksi varian delta dan 19 terinfeksi varian omicron. Seluruh pasien hanya mengalami gejala ringan dan tidak ada yang menjalani perawatan di rumah sakit.

Terlepas dari varian yang menginfeksi atau riwayat vaksinasi para partisipan, tim peneliti menemukan bahwa masa shedding virus hidup pada para partisipan tak menunjukkan perbedaan. Rata-rata, shedding virus hidup terjadi selama enam hari setelah gejala muncul.

"Sekitar satu dari empat orang shedding virus hidup selama lebih dari delapan hari," jelas peneliti dari Massachusetts General Hospital di Boston, dr Amy Barczak.

Dr Barczak mengatakan, belum diketahui seberapa banyak virus hidup yang tersebar dari para pasien selama proses shedding ini. Akan tetapi, temuan ini mengindikasikan bahwa pasien Covid-19 dengan gejala ringan rata-rata menularkan penyakit selama enam hari.

"Terkadang lebih lama," kata dr Barczak.

Menurut dr Barczak, temuan ini dapat dijadikan dasar untuk membuat keputusan terkait masa isolasi dan penggunaan masker, terlepas dari varian yang menginfeksi atau riwayat vaksinasi pasien. Temuan terbaru ini telah diunggah pada medRxiv sebelum nantinya akan melalui proses peninjauan oleh rekan sejawat.

Terkait penanganan Covid-19, obat icatibant yang dijual dengan nama Firazyr dari Takeda Pharmaceutical Co menunjukkan hasil yang menjanjikan sebagai terapi pengobatan Covid-19. Obat ini pada dasarnya merupakan obat untuk mengobati masalah pembuluh darah bernama angioedema.

Akan tetapi, penelitian laboratorium menunjukkan bahwa icatibant juga bermanfaat dalam pengobatan Covid-19. Obat ini bekerja dengan cara memblok protein bernama bradykinin receptor b2 di sistem kinin. Protein ini diatur oleh protein ACE2 yang ada di permukaan sel. ACE2 merupakan "pintu masuk" yang kerap digunakan virus corona untuk menginfeksi.

"Di luar perkiraan kami, icatibant secara efektif menurunkan muatan virus hingga lebih dari 90 persen dan melindungi sel pernapasan manusia yang dikultur dari kematian akibat infeksi SARS-CoV-2," ujar peneliti dari Technical University of Munich, Adam Chaker.

Peneliti juga menemukan bahwa icatibant menggunakan jalur biokimia yang berbeda dengan steroid untuk melindungi saluran pernapasan. Temuan ini telah dimuat dalam Journal of Molecular Medicine. 

sumber : Reuters
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler