PBB Bentuk Koridor Maritim yang Aman dari Serangan Rusia
Koridor maritim dibentuk karena militer Rusia mengambil alih jalur air
REPUBLIKA.CO.ID, JENEWA -- Badan pelayaran PBB akan menciptakan koridor maritim yang aman untuk memungkinkan kapal dagang dan awaknya yang terjebak di Laut Hitam dan Laut Azov berlayar tanpa risiko terkena serangan Rusia. Militer Rusia mengambil alih jalur air ketika menginvasi Ukraina pada 24 Februari.
Organisasi Maritim Internasional PBB (IMO) mengadakan pertemuan virtual pada Kamis dan Jumat untuk membahas situasi yang meningkat di Laut Hitam, dan Laut Azov. Sekretaris Jenderal IMO, Kitack Lim, mengatakan, IMO berkomitmen untuk mengambil tindakan mewujudkan koridor maritim yang aman.
"Kami berkomitmen untuk mengambil tindakan mewujudkan koridor maritim biru yang aman dengan kerja sama dan kolaborasi pihak-pihak terkait termasuk negara-negara pesisir," ujar Lim.
Lim mengatakan, koridor maritim akan memungkinkan evakuasi pelaut dan kapal dari daerah berisiko tinggi dan terkena dampak serangan Rusia di Laut Hitam dan Laut Azov. Pertemuan IMO diadakan dengan Dewan yang terdiri dari 40 negara anggota yang dipilih selama dua tahun. Negara anggota non-dewan seperti Ukraina dapat membuat pernyataan.
IMO menyesalkan serangan Federasi Rusia yang ditujukan pada kapal komersial, termasuk kapal pencarian dan penyelamatan. Secara terpisah, Dewan menuntut agar Rusia menghentikan kegiatannya yang melanggar hukum untuk memastikan keselamatan dan kesejahteraan pelaut, serta keamanan pelayaran internasional dan lingkungan laut di semua wilayah yang terkena dampak. Perwakilan IMO Rusia tidak dapat dihubungi untuk dimintai komentar.
Pejabat maritim Ukraina mengatakan kepada Reuters, invasi Rusia telah menyebabkan sekitar 100 kapal berbendera asing dan ratusan pelaut terdampar di pelabuhan Ukraina. Pekan lalu seorang pelaut tewas di pelabuhan Olvia, Ukraina setelah sebuah rudal menghantam kapal kargo berbendera Bangladesh.
Selain itu, proyektil telah menghantam empat kapal lain dalam beberapa hari terakhir. Satu kapal tenggelam akibat serangan tersebut. Ukraina menuduh militer Rusia menargetkan fasilitas pelabuhan Olvia dalam serangan rudal. Sementara Kedutaan Besar Rusia di Dhaka mengatakan, insiden serangan terhadap kapal Bangladesh sedang diselidiki. Rusia membantah sengaja menargetkan warga sipil.