Masjid Atia, Situs Bersejarah Berusia 400 Tahun di Bangladesh Perlu Renovasi Mendesak

Masjid Atia di ambang kehancuran karena kurangnya perawatan.

The Daily Star
Masjid Atia di Bangladesh yang berusia leih dari 400 tahun berada di ambang kehancuran. Masjid Atia, Situs Bersejarah Berusia 400 Tahun di Bangladesh Perlu Renovasi Mendesak
Rep: Alkhaledi Kurnialam Red: Ani Nursalikah

REPUBLIKA.CO.ID, TANGAIL -- Masjid Atia yang berusia lebih dari 400 tahun dan menjadi salah satu situs arkeologi penting di Tangail, Bangladesh, dilaporkan membutuhkan renovasi mendesak. Masjid ini dalam kondisi bobrok karena kurangnya perawatan dan pemeliharaan selama ini. 

Baca Juga


Dibangun pada awal abad ke-17, masjid berusia 413 tahun itu telah kehilangan banyak kemegahannya, berkat kelalaian pihak berwenang terkait. Plakat hiasan di dinding masjid kuno selebar sembilan kaki sudah usang. Tembok masjid yang tebal juga mengalami perubahan warna dan sebagian batanya rusak.

Dilansir dari The Daily Star, Senin (21/3/2022), Imam masjid Mawlana Mozammel Haque mengatakan kurangnya perawatan dan pekerjaan renovasi telah mengakibatkan banyak dekorasi unik masjid berjatuhan. Namun, kata dia, sejumlah pengunjung, baik warga lokal maupun luar, datang berkunjung ke masjid setiap hari.

Sekelompok mahasiswa dari Universitas Sains dan Teknologi Mawlana Bhashani sedang mengunjungi masjid berusia satu tahun ketika koresponden ini pergi ke situs kuno baru-baru ini. Mengekspresikan kekesalannya, salah satu santri Raihanul Islam mengatakan mereka sedang mencari papan yang berisi sejarah masjid, tetapi hanya menemukan plakat yang berisi nama pendiri dan orang lain yang memperbaikinya.

Menurut pejabat Departemen Arkeologi dan sejarawan lokal, Zamindar dari Atia, pendirinya, Syed Khan Pannee telah membangun masjid di tepi sungai Louhajang ini pada tahun 1609. Ia menerima Atia Paragana dari Kaisar Mughal Jahangir sebagai hadiah pada awal abad ke-17.

Masjid ini terletak di sebelah kuil Hazrat Shahan Shah, yang datang ke Atia dari Kashmir pada 913 Hijriyah bersama dengan 49 pengikutnya untuk mendakwahkan Islam di wilayah tersebut. Makam mereka juga berada di dekat masjid.

Masjid tersebut rusak parah dalam gempa dahsyat tahun 1800. Kemudian, Rowshan Khatoon Chowdhurani, seorang pedagang wanita dari Delhi, memulihkan masjid yang rusak pada tahun 1837. Zamindar Delduar Abu Ahmed Ghuznavi Khan bekerja sama dengan Wazed Ali Khan Pannee dan Zamindar lainnya memperbaikinya lagi pada tahun 1909. 

Departemen Arkeologi mengambil alih tanggung jawab masjid bersejarah pada tahun 1978 dan memasang papan pengumuman di depan situs kuno yang mengatakan itu adalah milik pemerintah dan tindakan hukum akan diambil jika ada yang merusak masjid.

Namun, tidak ada inisiatif yang diambil untuk memulihkan masjid atau melindungi strukturnya. Mohammad Zahid, seorang penduduk desa Atia, mengatakan penduduk desa bersama dengan pemerintah setempat telah mencoba mengambil langkah-langkah untuk melindungi masjid bersejarah pada beberapa kesempatan. Tetapi Departemen Arkeologi melarang mereka untuk melakukannya.

Penjaga masjid Syed Monirul Haque mengatakan masjid yang sudah usang itu sebagian diperbaiki pada 2000 dan 2009. Penduduk setempat Shakil Ahmed mengatakan masjid yang indah itu sekarang berada di ambang kehancuran dan mereka mendesak pihak berwenang terkait untuk mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk menyelamatkan struktur tersebut. Sementara Direktur regional Departemen Arkeologi (Divisi Dhaka dan Mymensingh), Rakhi Roy mengkonfirmasi mereka akan mengadakan pekerjaan renovasi masjid tahun depan.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Berita Terpopuler