Zelenskyy Siap Penuhi Tuntutan Rusia, Tarik Pengajuan Keanggotaan NATO
Zelenskyy siap menarik pengajuan keanggotaan NATO yang merupakan tuntutan Rusia
REPUBLIKA.CO.ID, KIEV — Perundingan Ukraina dan Rusia melalui video terus dilakukan tapi kedua belah pihak gagal menjembatani perbedaan. Pada stasiun televisi Ukraina Senin (21/3/2022) malam Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy mengatakan siap menarik pengajuan keanggotaan NATO yang merupakan salah satu tuntutan Rusia.
Sebagai ganti untuk gencatan senjata, penarikan pasukan Rusia dan jaminan keamanan Ukraina. Zelenskyy juga mengatakan Kiev terbuka untuk membahas status Crimea yang Rusia duduki 2014 dan daerah timur Donbas yang dikuasai separatis pro-Rusia.
Namun ia mengatakan dua hal itu topik untuk lain kesempatan. Zelenskyy akan berpidato di hadapan parlemen Jepang untuk menarik dukungan internasional dalam menghadapi invasi Rusia.
Sementara itu jalur komunikasi dan jalan-jalan di Kota Mariupol yang dikepung pasukan Rusia, terputus. Banyak warga kota yang berada di persembunyian. Nasib para pengungsi yang berlindung di sekolah seni dan gedung teater yang dibom tentara Rusia empat hari yang lalu belum diketahui.
Diperkirakan lebih dari 1.300 orang yang berlindung di gedung teater dan sekitar 400 orang di sekolah seni. Mariupol yang menjorok ke Laut Azov merupakan kota pelabuhan penting bagi Ukraina dan berada di sepanjang wilayah yang memisahkan negara itu dengan Crimea dan Rusia.
Karena lokasinya yang strategis, Mariupol sudah dikepung selama tiga pekan. Kota itu menjadi kota yang paling menderita selama invasi Rusia.
Tidak diketahui sudah sejauh mana Rusia mungkin dapat merebut kota tersebut. Kementerian Pertahanan Ukraina mengatakan pasukan mereka masih mempertahankan kota dan menghancurkan kapal patroli dan perangkat elektronik tempur Rusia.
Akhir pekan lalu Moskow menawarkan Ukraina untuk membuka jalur aman di Mariupol yang akan mengarah ke timur Rusia, bagian barat Ukraina. Sebagai gantinya pasukan dan rakyat di Mariupol harus menyerah. Ukraina menolak tawaran tersebut sebelum tenggat waktunya.
Sebelum invasi Mariupol dihuni sekitar 430 ribu jiwa. Sekitar seperempatnya diyakini sudah meninggalkan kota itu di hari pertama perang dimulai dan puluhan ribu lainnya mengungsi selama satu pekan kemudian melalui koridor kemanusiaan.
Pertempuran menggagalkan upaya membuka jalur aman untuk warga kota melakukan evakuasi. Pada 15 Maret lalu pejabat Kota Mariupol mengatakan sebanyak 2.300 orang telah tewas dalam pengepungan, beberapa diantaranya dikuburkan di pemakaman massal.
Sejak itu belum ada angka resmi berapa jumlah korban tewas dan terluka dalam pengepungan Rusia di Mariupol. Tapi dikhawatirkan angkanya bertambah jauh lebih tinggi setelah pengeboman selama enam hari terakhir.