Mengenal Cara Kerja Rudal Hipersonik Kinzhal yang Digunakan Rusia

Vladimir Putin menyebut Khinzal sebagai senjata yang sempurna.

EPA-EFE/ATEF SAFADI
Petugas pemadam kebakaran dan tim keamanan Ukraina di lokasi sebuah gedung yang terkena rudal Rusia di Kyiv (Kiev), Ukraina, 20 Maret 2022.
Rep: mgrol136 Red: Dwi Murdaningsih

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dalam invasinya ke Ukraina, Rusia mengklaim telah menggunakan rudal hipersonik Kinzhal untuk pertama kalinya. Ini mungkin mengantarkan era baru di mana senjata super cepat ini akan mendominasi peperangan.

Baca Juga


Dilansir dari Live Science, Reuters pada Sabtu (19/3/2022) melaporkan bahwa Rusoa telah menghancurkan fasilitas senjata di Ukraina barat dengan sistem rudal Kh-47M2 Kinzhal. Dalam bahasa Rusia, khinzal berarti "belati".

Dilaporkan kantor berita TASS milik negara Rusia, rudal-rudal tersebut telah berada di layanan tempur "eksperimental" dengan satu skuadron jet tempur Mig-31K di Rusia selatan sejak 2017.

Namun, menurut laporan Interfax, ini adalah pertama kalinya rudal Kinzhal dikerahkan dalam pertempuran di Ukraina. Rusia tidak pernah mengakui menggunakan rudal di tempat lain. Pada Sabtu, Kementerian Pertahanan Rusia memposting sebuah video yang menggambarkan penghancuran toko senjata Ukraina oleh "serangan rudal presisi tinggi." 

Apa itu rudal Kinzhal?

Rusia menampilkan berbagai persenjataan berteknologi tinggi pada tahun 2018, termasuk rudal hipersonik Kinzhal. Mereka telah dikerahkan di pesawat Rusia seperti Mig 31K. Presiden Rusia Vladimir Putin menyebutnya sebagai "senjata yang sempurna."

Muatan Kinzhal sekitar 480 kilogram biasanya merupakan hulu ledak dengan daya ledak tinggi. Hulu ledak nuklir dengan ukuran yang sama setara dengan antara 100 hingga 500 kiloton bahan peledak TNT.

Dilansir dari laporan media Rusia, rudal Kinzhal dengan cepat berakselerasi hingga lebih dari empat kali kecepatan suara (3.000 mph atau 5.000 km/jam) segera setelah diluncurkan. Senjata ini dapat mencapai kecepatan hingga 12 kali kecepatan suara 14.800 km/jam) dengan jangkauan hingga 3.000 km.

 

Rudal Kinzhal dirancang untuk terbang dengan kecepatan tinggi sehingga hampir sulit dilacak dan dicegah. Rudal jenis ini juga dilaporkan mampu melewati pertahanan rudal musuh dengan melakukan manuver cepat dalam penerbangan dengan kecepatan hipersonik.

Kecepatan rudal yang sangat tinggi juga memungkinkan mereka untuk menembus situs lapis baja berat, seperti gudang senjata bawah tanah di Ukraina barat yang diduga menjadi sasaran dalam operasi terbaru.

Siapa saja yang memiliki senjata hipersonik?

Amerika Serikat dan China termasuk di antara negara-negara yang telah mengembangkan rudal hipersonik. Dilansir dari National Public Radio, rudal hipersonik China tampaknya eksperimental. Amerika Serikat tidak memiliki rencana untuk meluncurkan rudal hipersonik sebelum 2023, menurut Asosiasi Kontrol Senjata.

Sementara itu, dilansir dari majalah The Diplomat dalam artikel 2018, rudal hipersonik Kinzhal Rusia mungkin secara radikal mengubah keseimbangan kekuatan di Pasifik.

Sementara rudal hipersonik yang diluncurkan dari udara China tampaknya ditujukan untuk kapal induk di Laut China Selatan dan Timur. Rudal Kinzhal Rusia menimbulkan ancaman yang lebih besar karena mereka lebih besar dan bergerak dengan kecepatan lebih cepat. Artinya bahwa energi kinetiknya, terlepas dari hulu ledak mereka, bisa cukup kuat untuk melumpuhkan atau menghancurkan kapal perang besar.

Dalam artikel itu, rudal Kinzhal mungkin memiliki "dampak besar bagi keseimbangan kekuatan di Pasifik" jika dikerahkan ke wilayah Timur Jauh Rusia. Ini memungkinkan pilot Rusia untuk menargetkan kapal AS hingga 2.200 mil (3.500 km) jauhnya dari pantainya.

Pakar militer memuji kecepatan dan penetrasi roket Kinzhal sebagai  hal yang sangat berbahaya. Namun, seorang analis mengklaim manfaat utamanya adalah psikologis daripada strategis.

 

“Pada dasarnya, itu tidak mengubah medan perang, tetapi tentu saja memiliki efek dalam hal propaganda psikologis, untuk menakuti semua orang,” kata analis militer dan jurnalis Rusia Pavel Felgenhauer.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler