Ramadhan dan Asa UMKM Tomat Rasa Kurma Bandungan

Ramadhan kali ini diharapkan menjadi momentum kebangkitan kembali UMKM.

Republika/Bowo Pribadi
Geliat produksi ‘torakur’ (tomat rasa kurma) warga di Dusun Ampelgading, Desa Kenteng, Kecamatan Bandungan, Kabupaten Semarang, Kamis (7/4). UMKM oleh- oleh khas Bandungan ini bergairah menyambut Ramadhan dan Lebaran tahun 2022 ini.
Rep: Bowo Pribadi Red: Muhammad Fakhruddin

REPUBLIKA.CO.ID,UNGARAN -- Ramadhan 1443 Hijriah tahun ini membawa banyak harapan bagi UMKM produksi tomat rasa kurma (torakur), di Dusun Ampelgading, Desa Kenteng, Kecamatan Bandungan, Kabupaten Semarang.

Baca Juga


Setelah hampir dua kali Ramadhan (dua tahun) berturut- turut lebih banyak vakum akibat pendemi Covid-19, pada Ramadhan kali ini --oleh- oleh khas Kecamatan Bandungan tersebut—sudah kembali berproduksi.

“Alhamdulillah untuk Ramadhan kali ini ada pesanan lebih 500 pak untuk parcel, dari Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Tengah dan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Semarang,” ungkap Sri Ngestiwati, saat ditemui di Dusun Ampelgading, Kamis (7/4/2022).

Selain itu, lanjut perempuan yang akrab disapa Ngesti ini, beberapa waktu lalu Pemerintah juga telah mengumumkan dan izinkan kembali mudik pada hari raya Idul Fitri (Lebaran) tahun 2022 ini.

Harapannya tentu akan banyak masyarakat yang mudik --termasuk di Kabupaten Semarang-- dan aktivitas wisata yang ada di Kecamatan Bandungan juga tidak ditutup lagi, seperti halnya pada dua Lebaran sebelumnya.

Sehingga akan banyak masyarakat yang mudik dan wisatawan yang berkunjung ke berbagai  tempat wista. “Maka Ramadhan kali ini diharapkan menjadi momentum kebangkitan kembali UMKM produksi torakur ini,” ungkapnya.

Sebab, lanjutnya, Lebaran tahun 2020 lalu menjadi pengalaman pahit bagi UMKM produksi torakur ini. Ia masih ingat saat beberapa bulan sebelum Ramadhan sudah terlanjur meningkatkan produksi untuk menyetok kebutuhan Ramadhan dan Lebaran.

Bahkan saat itu juga sudah banyak produk torakur yang terlanjur dikirim ke berbagai toko oleh- oleh, baik yang ada di Kabupaten Semarang maupun toko oleh- oleh yang ada di beberapa daerah lain di sekitarnya.

Namun akibat lonjakan kasus Covid-19, akhirnya Pemerintah mengeluarkan kebijakan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM), termasuk tidak meniadakan mudik Lebaran.

Akhirnya, ia pun harus menerima kenyataan pahit berupa pengembalian (retur) produk torakur dalam jumlah yang cukup banyak. Sehingga tidak ada perputaran uang dan modal usaha juga tidak kembali.             

Selain itu, akibat aktivitas wisata lumpuh, maka tidak ada kunjungan wisata di Bandungan. Buntutnya ia pun harus berhenti memproduksi torakur dan menutup toko oleh- olehnya hampir satu tahun.

Pun demikian pada tahun 2021, saat akan memulai kembali berproduksi, kembali terjadi ledakan kasus varian Delta. Akibatnya produkasi torakur kembali harus vakum untuk waktu yang cukup lama.

Hingga pada akhir September 2021 lalu, kami mulai memproduksi torakur lagi meski volumenya masih sangat terbatas. Memasuki tahun 2022, pelan tapi pasti kapasitas produksi mulai meningkat.

Sampai dengan awal Ramadhan ini, kapasitas produksi per hari sudah mencapai 1 kuintal tomat segar. Kendati begitu kapasitas produksi ini belum ada separuh dari produksi normal sebelum masa pandemi yang mampu mengolah hampir 3 kuintal buah tomat segar per hari.

“Bagaimanapun ini tetap kami syukuri dan mudah- mudahan Ramadhan dan Lebaran tahun ini menjadi berkah bagi usaha torakur ini dengan banyaknya masyarakat yang mudik maupun berwisata di Kabupaten Semarang,” tandas Ngesti.

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler