Berkuda di Telaga Sarangan Bak Putri Raja

Sepanjang naik kuda, ada rasa was-was kuda nya lari tak terkendali. Namun, bapak tua terus memberikan kepercayaan.

.
Rep: Sri Sumarni Wiharjo Red: Retizen

Berkuda di Telaga Sarangan Bak Putri RajaSri Sumarni Wiharjo


Foto Koleksi Pribadi

Akhirnya, sampai juga di wisata Telaga Sarangan. Wisata Alam yang berada di lereng gunung Lawu, sekitar 16 kilometer dari arah Barat kota Magetan. Berada di atas ketinggian sekitar 1.200 meter di atas permukaan laut.

Kulayangkan pandangan di hamparan telaga yang sejuk segar.

Subhanallah, indah nian ciptaan Tuhan. Danau yang di kelilingi pepohonan yang rindang. Sesekali udara segar menyapu wajahku.

Foto Koleksi Pribadi

Belum genap mata memandang indahnya danau, sudah disambut penawaran-penawaran jasa untuk naik kuda keliling Telaga Sarangan. Aku tercekat dibuatnya. Bujuk rayu, beberapa diantaranya belum sempat aku jawab, seorang Bapak tua berkata "Ayo Bu, ibu naik kuda yang ini, suami dan anak-anak ibu yang itu!"

Mataku tertuju pada yang ditunjuk lelaki tua itu.

"Waduh, aku naik kuda juga. Saya takut Pak"

"Mboten nopo Bu, nanti saya pegangin kendalinya, pokoke aman Bu" bujuk Bapak Tua penarik kuda.

Sebenarnya keinginanku cukup duduk-duduk saja, sambil menikmati sekeliling alam, biar saja yang lain yang naik kuda. Rupanya suami menginginkan agar aku ikut serta. Akhirnya aku menuruti saja.

Sepanjang naik kuda, ada rasa was-was kuda nya lari tak terkendali. Namun, bapak tua terus memberikan kepercayaan bahwa semua akan baik-baik saja.

"Coba ibu pegangannya jangan terlalu kencang, nanti ibu malah cape!" katanya menasihati. Betul juga setelah beberapa waktu, aku sudah bisa menikmati naik kuda mengelilingi indahnya Telaga Sarangan. Duduk tegak, berkuda, mengendeli kuda. Wah, Aku jadi merasa bak putri Raja dibuatnya.

"Berapa kilometer mengelilingi danau ini Pak ? "

"Tiga kilometer Bu." jawab Pak Tua, nampak suaranya mulai terdengar berat. Nafasnya terengah-engah. Makin tak enak dibuatnya. Tapi apa daya, tidak mungkin juga menyarankan untuk tidak mengikuti langkah kuda, karena memang inilah profesinya. Pak tua terus mengawal langkah kuda yang kunaiki agar tetap stabil dan aman. Selanjutnya sedikit saja aku mengajak bicara, karena nampak suaranya mulai terengah-engah. Sepintas kumenangkap sandal jepit yang dikenakannya. Sandal berwarna merah, berlapis debu dan kotoran tanah mulai menipis dan berlubang, jelas mengisyaratkan jam terbangnya kerja sebagai penarik kuda wisata pastilah sudah lama. Semangat bapak tua dalam bekerja memang luar biasa.

Suara tapak kuda, bersahut-sahutan. Sesekali ringkik kudanya terdengar indah melengkapi suasana di sekelilingnya.Kudaku terus melaju, kedua anak lelakiku ada di depanku. Mereka nampak sangat menikmatinya, bahkan tidak memerlukan penjaga kuda. Sementara suami ada persis di belakangku. Ia asyik ngobrol dengan Mas penarik kuda.

"Pah, lihat kemari!"

Foto Koleksi Pribadi

Sapaku sambil memasang kamera Selfi. Kami memasang gaya berkuda dan tersenyum

Cekrek..cekrek..

"Ok!" Kode tanganku mengisyaratkan usai berselfi.

Selanjutnya kulayangkan pandangan ke arah danau, tak henti ku memuji keindahan alam Telaga Sarangan.

Tampak pemandangan telaga terdapat Speed boat yang membawa wisatawan mengarungi danau nampak hilir mudik. Para penumpang sangat menikmatinya. Sesekali speed boat itu melaju kencang, meliuk, menukik. Rupanya itu bagian dari atraksi menarik bagi para wisatawan, tapi tentu lain untukku yang nyalinya ciut.

Foto Koleksi Pribadi

Akhirnya sampai juga di pos terakhir berkuda. Biaya yang cukup murah, hanya Rp. 70.000,- per kudanya, kita sudah dibuatnya laksana putri raja.

sumber : https://retizen.id/posts/124175/berkuda-di-telaga-sarangan-bak-putri-raja
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Disclaimer: Retizen bermakna Republika Netizen. Retizen adalah wadah bagi pembaca Republika.co.id untuk berkumpul dan berbagi informasi mengenai beragam hal. Republika melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda baik dalam dalam bentuk video, tulisan, maupun foto. Video, tulisan, dan foto yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim. Silakan kirimkan video, tulisan dan foto ke retizen@rol.republika.co.id.
Berita Terpopuler