Virus Herpes Ternyata Terkait dengan Timbulnya Penyakit Pradiabetes
Semakin banyak keterkaitan virus herpes dengan penyakit kronis, termasuk diabetes.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Studi baru yang dipimpin oleh para peneliti di Jerman mencatat, dua virus herpes umum telah dikaitkan dengan timbulnya pradiabetes. Temuan ini didasarkan pada semakin banyak bukti yang menghubungkan infeksi virus herpes dengan perkembangan penyakit kronis.
Selama beberapa tahun terakhir, para ilmuwan telah menemukan sejumlah hubungan yang menarik antara penyakit, seperti kanker, multiple sclerosis (MS) atau alzheimer dan patogen menular. Dilansir dari New Atlas, Sabtu (14/5/2022), dalam beberapa kasus, hubungan ini secara eksplisit kausal.
Contohnya, infeksi virus papiloma manusia (HPV) secara langsung menyebabkan 90 persen kanker serviks, dan vaksin HPV baru diharapkan hampir menghilangkan bentuk kanker ini dalam waktu dekat.
Hubungan lain dapat menjadi lebih dari satu faktor di antara banyak faktor dalam konstelasi elemen yang berkontribusi terhadap penyakit. Salah satu temuan ilmiah paling inovatif sejauh ini pada tahun 2022 adalah studi besar yang menegaskan hubungan antara infeksi Virus Epstein-Barr (EBV) dan multiple sclerosis (MS).
Studi penting ini menunjukkan bahwa infeksi EBV bukanlah penyebab tunggal MS, virus ini sangat umum dan tidak semua orang yang terinfeksi akhirnya mengembangkan penyakit neurodegeneratif. Sebaliknya, penelitian menegaskan, meskipun tidak semua infeksi EBV akan menyebabkan MS, semua kasus MS kemungkinan didahului oleh infeksi EBV. Artinya, ada kemungkinan vaksin untuk melawan virus ini dapat mencegah berkembangnya sebagian besar kasus MS.
Virus Epstein-Barr adalah salah satu anggota keluarga herpesvirus yang lebih besar. Ada delapan jenis virus herpes yang diketahui menyebabkan penyakit pada manusia, termasuk virus varicella zoster (alias HHV-3, penyebab cacar air dan herpes zoster). Semua virus herpes ini diketahui menyebabkan infeksi laten. Artinya, begitu Anda terinfeksi, virus tersebut dapat tetap berada di tubuh Anda secara relatif tidak aktif sepanjang hidup Anda.
Penelitian baru tersebut berangkat untuk menyelidiki apakah ada hubungan antara infeksi virus herpes laten dan perkembangan pradiabetes, keadaan metabolisme yang sering mendahului munculnya diabetes tipe 2. Para peneliti pun menganalisis data dari studi kesehatan jangka panjang yang melacak ribuan orang selama sekitar tujuh tahun.
Kehadiran tujuh virus herpes dilacak pada awal, dan kemudian biomarker diabetes diukur pada tindak lanjut beberapa tahun kemudian. Ada sekitar 360 subjek yang ditemukan mengembangkan penanda pradiabetes selama hampir tujuh tahun masa tindak lanjut.
Dari mereka yang mengembangkan pradiabetes, infeksi dengan dua virus herpes yang sering terdeteksi, yakni virus herpes simpleks 2 (HSV-2) dan cytomegalovirus (CMV). HSV-2 adalah asosiasi terkuat, mereka yang terinfeksi menjadi 59 persen lebih mungkin untuk mengembangkan pradiabetes. Sementara mereka dengan tingkat CMV 33 persen, lebih mungkin untuk mengembangkan pradiabetes.
“Analisis multivariat menunjukkan bahwa kedua virus ini secara konsisten dan saling melengkapi berkontribusi pada kejadian (pra) diabetes terlepas dari jenis kelamin, usia, BMI, pendidikan, merokok, aktivitas fisik, diabetes orang tua, hipertensi, kadar lipid, resistensi insulin dan glukosa puasa,” kata para peneliti seperti dijelaskan dalam studi baru, Sabtu (14/5/2022).
“Pendekatan pemilihan variabel kami menunjukkan bahwa, sementara kejadian (pra) diabetes terutama dijelaskan oleh usia, BMI, kolesterol dan glukosa puasa, baik HSV2 dan CMV menambahkan informasi risiko pelengkap tambahan, meskipun prevalensi virus tinggi dan kejadian bersama," lanjut studi itu.
Para peneliti menekankan, temuan mereka saat ini hanyalah asosiasi observasional awal. Beberapa faktor risiko diabetes lain yang diketahui, seperti kolesterol dan obesitas, jelas memainkan peran lebih besar daripada virus herpes dalam menentukan kemungkinan seseorang mengembangkan penyakit metabolik. Namun, temuan baru ini memberikan sinyal bahwa beberapa jenis virus herpes mungkin turut berperan.
Bagaimana tepatnya virus ini dapat mempengaruhi perkembangan diabetes? Hal itu pun belum jelas, dan pada titik ini para peneliti hanya dapat berhipotesis terkait mekanisme potensial, seperti virus herpes yang memodulasi respon imun dengan cara mempengaruhi sistem endokrin tubuh.
Disisi lain, diperlukan lebih banyak studi untuk membongkar hubungan potensial antara virus herpes dan diabetes ini. Tetapi para peneliti menekankan bahwa temuan ini membutuhkan lebih banyak pekerjaan bagi tenaga kesehatan untuk mencegah lebih dini masyarakat terinfeksi sejak awal. Kemudian, pengembangan vaksin virus herpes dapat digunakan sebagai alat pencegahan untuk mengurangi tingkat diabetes di masa depan.