Tinggi Badan Seseorang Berkorelasi dengan Peningkatan Risiko Kanker Kolorektal

Risiko kanker kolorektal lebih tinggi pada orang yang jangkung.

www.freepik.com.
Sakit perut (ilustrasi). Menurut data, setiap peningkatan 10 sentimeter dikaitkan dengan risiko 14 persen lebih tinggi untuk kanker usus kolorektal.
Rep: Desy Susilawati Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dalam beberapa kasus kanker, tinggi badan seseorang dapat dikaitkan dengan risikonya. Memiliki badan yang lebih tinggi tampak berkorelasi dengan peningkatan risiko kanker kolorektal.

Hal tersebut terungkap dalam meta analisis baru yang diterbitkan dalam jurnal Cancer, Epidemiology, Biomarkers and Prevention. Para peneliti dari Johns Hopkins School of Medicine sampai pada kesimpulan tersebut setelah menyesuaikan faktor-faktor lain yang berpengaruh pada risiko kanker usus.

Baca Juga


Gerard E Mullin, profesor kedokteran dan direktur Layanan Nutrisi GI Integratif Rumah Sakit Johns Hopkins, mengatakan, tinggi adalah faktor risiko yang diabaikan untuk beberapa kondisi kesehatan yang merugikan. Tinggi tidak ada dalam radar bagi dokter ketika mengevaluasi pemeliharaan dan pencegahan kesehatan.

"Mereka yang dianggap tinggi karena budaya mereka harus dipertimbangkan untuk skrining adenoma kolorektal lebih awal daripada populasi umum," kata Prof Mullin.

Untuk penelitian ini, tim ilmuwan mengamati 47 penelitian internasional dengan lebih dari 280 ribu kasus kanker usus dan lebih dari 14 ribu kasus polip usus prakanker. Hasilnya menunjukkan individu tertinggi dalam persentil tertinggi memiliki risiko 24 persen lebih tinggi terkena kanker kolorektal dibandingkan dengan individu dalam persentil terendah.

Prof Mullin mengatakan, ada faktor yang dapat dimodifikasi seperti merokok, penggunaan alkohol, dan konsumsi daging olahan yang meningkatkan risiko kanker saluran pencernaan. Namun, ada juga faktor yang tidak bisa dimodifikasi.

"Kami tahu bahwa kondisi tertentu dengan ukuran dan tinggi badan yang berlebihan, seperti akromegali dan sindrom Klinefelter, meningkatkan risiko kanker usus besar," tutur Prof Mullin.

Menurut data, setiap peningkatan 10 sentimeter dikaitkan dengan risiko 14 persen lebih tinggi untuk kanker usus besar. Kemungkinan mengembangkan adenoma atau tumor non kanker enam persen lebih tinggi.

Medical Healthy melaporkan para peneliti menyarankan segala sesuatu mungkin menjadi faktor risiko kanker usus besar seperti halnya faktor gaya hidup seperti merokok, minum, dan diet tinggi daging merah olahan. Hubungan antara kanker dan tinggi badan bisa memiliki penjelasan sederhana.

Jumlah sel pada orang yang lebih tinggi jauh lebih besar daripada pada orang yang lebih kecil. Rekan penulis studi, dr Elinor Zhou, mengatakan, salah satu alasan yang mungkin menciptakan keterkaitan ini adalah tinggi badan orang dewasa berkorelasi dengan ukuran organ tubuh.

Dr Zhou menyebut, proliferasi yang lebih aktif pada organ orang yang lebih tinggi dapat meningkatkan kemungkinan mutasi yang mengarah pada transformasi ganas. Perkembangan kanker dimulai ketika sel memperoleh kemampuan untuk berkembang biak.

Ini dapat terjadi di mana saja di dalam tubuh. Mutasi dapat terbentuk dari waktu ke waktu, dengan cara yang lambat dan progresif.

Itu menjelaskan mengapa banyak orang didiagnosis di kemudian hari. Sel-sel berkumpul menjadi tumor yang terus menyerang jaringan tetangga dalam proses yang dikenal sebagai metastasis.

Sebagian besar kanker disebabkan oleh faktor-faktor yang dapat dimodifikasi, seperti merokok, diet, dan minum. Mengurangi asupan lemak jenuh dan daging merah sangat penting untuk menurunkan risiko kanker usus besar, dan kanker prostat.

Sebagai alternatif, orang harus memasukkan lebih banyak buah dan sayuran dalam makanan mereka jika memungkinkan, karena makanan ini kaya akan serat, vitamin, mineral, antioksidan, dan fitokimia. Anda juga harus menjadi lebih aktif secara fisik.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler