Rusia dan China Kecam Pernyataan NATO

NATO sebut Rusia ancaman langsung dan China tantangan serius

EPA-EFE/Juanjo Martin
Sekretaris Jenderal NATO, Jens Stoltenberg (kiri), dan Perdana Menteri Spanyol, Pedro Sanchez (kanan), menyambut Presiden AS, Joe Biden (tengah), pada hari pertama KTT NATO. Rusia dan China mengecam keras pernyataan NATO yang menyebut Rusia sebagai ancaman langsung dan China sebagai tantangan serius
Rep: Lintar Satria Red: Esthi Maharani

REPUBLIKA.CO.ID, MADRID -- Rusia dan China mengecam keras pernyataan Organisasi Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) dalam pertemuan di Madrid. Aliansi pertahanan Eropa itu menyebut Rusia "ancaman langsung" dan China "tantangan serius" pada stabilitas global.

NATO menyelesaikan pertemuannya dengan pernyataan tentang masa depan dunia yang suram. Ketika kekuatan-kekuatan besar bersaing dan muncul berbagai ancaman mulai dari serangan siber sampai perubahan iklim.

Pemimpin NATO resmi mengundang Finlandia dan Swedia untuk bergabung setelah menyelesaikan penolakan dari Turki. Bila negara-negara Nordik itu disetujui 30 negara anggota maka perbatasan NATO dengan Rusia hanya 1.300 kilometer.

Presiden Rusia Vladimir Putin memperingatkan ia akan merespon bila negara-negara Nordik mengizinkan pasukan dan infrastruktur militer NATO masuk ke wilayah mereka. Ia mengatakan Rusia akan "menciptakan ancaman yang sama pada wilayah yang menciptakan ancaman pada kami."

Sementara itu China menuduh NATO "memfitnah dan menyerang" mereka. Misi China untuk Uni Eropa mengatakan NATO "mengklaim negara-negara lain yang menimbulkan tantangan, tetapi NATO yang menciptakan masalah di seluruh dunia."

"(Invasi Rusia ke Ukraina membawa) perombakan besar pada pertahanan kolektif kami sejak akhir Perang Dingin," kata Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg, Kamis (30/6/2022).

Invasi itu mengguncang perdamaian Eropa dan dalam meresponnya NATO mengerahkan senjata dan pasukan ke Eropa Timur dalam skala yang tidak pernah dilihat beberapa puluh tahun. Negara anggota NATO juga memberikan bantuan militer dan sipil senilai miliaran dolar ke Ukraina.

Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy yang berpidato melalui video meminta bantuan lebih banyak lagi. Ia mendesak NATO untuk mengirimkan sistem artileri canggih dan senjata lainya. Ia memperingatkan para pemimpin Uni Eropa antara memberikan bantuan ke Kiev atau "menghadapi perang tertunda dengan Rusia."

"Pertanyaannya, siapa berikutnya? Moldova? Atau Baltik? Atau Polandia? Jawabannya: Semuanya," kata Zelenskyy di pertemuan Madrid.

Di pertemuan itu pemimpin-pemimpin NATO sepakat untuk meningkatkan skala kekuatan militer di sepanjang garda timur. Di mana negara-negara seperti Romania hingga Baltik khawatir dengan rencana masa depan Rusia.

Uni Eropa mengumumkan mulai tahun depan mereka akan meningkatkan kekuatan reaksi cepat hingga delapan kali lipat dari 40 ribu pasukan menjadi 300 ribu pasukan. Pasukan itu akan berjaga di negara masing-masing tapi didekasikan untuk negara tertentu di timur, di mana NATO berencana menumpuk peralatan dan amunisi.

Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden mengumumkan akan menambah pasukan AS di Eropa. AS sudah negara dengan kontribusi terbesar di Eropa. AS akan meningkatkan jumlah pasukannya di Polandia, menambah dua kapal destroyer Angkatan Laut AS di Rota, Spanyol dan dua skuadron F-35 di Inggris.

Ekspansi itu akan menambah 100 ribu pasukan di Eropa dalam waktu dekat. Naik dari 80 ribu pasukan dari sebelum perang di Ukraina. Biden mengatakan Putin yakin anggota NATO akan terpecah usai invasi Ukraina tapi respon yang didapat justru sebaliknya.

"Putin ingin Finlandiaisasi Eropa, anda akan mendapat NATO-nisasi Eropa. Dan itu bukan yang ia inginkan, tapi apa yang tepatnya perlu dilakukan untuk menjamin keamanan Eropa," katanya.


Baca Juga


Namun ketegangan antara sekutu NATO juga muncul karena naiknya harga energi dan kebutuhan pokok lain. Sebagian karena perang dan sanksi keras Barat pada Rusia. Juga terdapat ketegangan bagaimana perang akan berakhir dan apa konsesi bagi Ukraina, bila ada.

Uang masih menjadi isu sensitif, hanya sembilan dari 30 anggota NATO yang saat ini memenuhi target pengeluaran pertahanan yakin 2 persen dari Produk Domestik Bruto. Dalam pertemuan itu NATO merilis Konsep Strategis baru yang merupakan prioritas dan tujuan satu dekade aliansi itu.

Pada Konsep Strategi terakhir yang dirilis 2010 NATO menyebut Rusia sebagai "mitra strategis". Kini NATO menuduh Rusia menggunakan "koersi, subversi, agresi dan aneksasi" untuk memperluas jangkauannya. Dokumen 2010 itu tidak menyinggung Cina tapi yang baru mengungkapkan pertumbuhan ekonomi dan jangkauan militer Beijing.

"China bukan musuh kami, kami harus memperjelas mengenai tantangan serius yang ditunjukan," kata Stoltenberg.

NATO mengatakan China "berusaha menumbangkan tata internasional berbasis peraturan, termasuk di luar angkasa, siber dan maritim." Aliansi itu juga memperingatkan hubungan dekatnya dengan Rusia.

Namun Nato itu mengatakan masih "membuka keterlibatan konstruktif" dengan Beijing.  China menyerang balik NATO yang menuduhnya sebagai sumber instabilitas dan bersumpah membela kepentingannya.

"Karena NATO memposisikan China sebagai 'tantangan sistemik' kami harus memberikan perhatian dan merespon dalam cara yang terkoordinir. Ketika sampai ada tindakan yang mengganggu kepentingan China, kami akan memberikan respon yang kuat dan tegas," kata Beijing dalam pernyataannya.

NATO juga menekankan diperlukan upaya untuk mengatasi instabilitas politik di kawasan Sahel, Afrika dan di Timur Tengah yang semakin parah oleh "perubahan iklim, institusi yang rapuh, darurat kesehatan dan ketahanan pangan." Masalah yang mendorong semakin banyak imigran ke Eropa. Spanyol dan negara-negara Eropa lain yang menampung banyak imigran mendorong hal ini menjadi fokus baru.

sumber : AP
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler