Setiap Hari Puluhan Sapi Tertular PMK, Peternak Dusun Banyudono Panik
Dispertanikap terima bantuan CSR penanganan PMK dari perusahaan swasta.
REPUBLIKA.CO.ID,UNGARAN -- Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) yang menyerang hewan ternak (khususnya sapi perah) di wilayah Dusun Banyudono, Desa Gedong, Kecamatan Banyubiru, Kabupaten Semarang meluas dengan cepat.
Bahkan hampir semua ternak sapi perah milik warga di lingkungan dusun Banyudono, kini telah terindikasi PMK dan belasan ekor ternak sapi milik warga mati –diduga—akibat penularan PMK, hanya dalam waktu tiga pekan.
“Di dusun kami, jumlah ternak sapi perah ada 500 ekor, saat ini hampir suamnya sudah suspek PMK,” kata Kepala Dusun Banyudono, Syafi’i, di kantor Dinas Pertanian Perikanan dan Pangan (Disertanikap) Kabupaten Semarang, di Ungaran, Ahad (2/7/2022).
Ia mengungkapkan, awalnya kasus PMK belum ditemukan di dusunnya hingga awal Juni 2022. Satu kasus sapi milik warga yang terindikasi PMK baru ditemukan di Dusun Banyudono, pada pekan pertama bulan Juni tersebut.
Sejak saat itu PMK terus menyebar pada hewan ternak dan saat ini --dari 500 ekor sapi milik warga-- sebagian besar telah suspek PMK hanya dalam waktu tiga pekan.
Selain itu, 14 ekor sapi milik warga juga mati yang terdiri satu ekor sapi betina dan 13 ekor pedet (red; anak sapi). “Beberapa sapi warga, terpaksa juga harus dipotong sebelum mati, setelah tidak kuat lagi berdiri,” jelasnya.
Sehingga, setiap hari di dusun Banyudono ada puluhan ekor sapi yang terindikasi PMK, hingga warga harus begadang dan bahkan tidak tidur semalaman untuk menjaga serta memastikan sapi- sapi di kandang mereka tidak sampai mati atau ambruk.
Sebab sejak PMK mewabah sapi- sapi yang pada siang hari masih terlihat segar dan sehat, tahu- tahu sudah demam dan tidak mampu berdiri lagi pada keesokan harinya.
Kini, lanjutnya, warga pemilik ternak sapi di dusun ini dicekam kepanikan dan kebingungan, harus berbuat apa dan bagaimana mengobati sapi- sapi yang terindikasi PMK, terutama dalam mencegah agar dampak penyakit ini tidak semakin parah.
Berbagai upaya pengobatan sudah diupayakan dengan dibantu petugas kesehatan hewan Dispertanikap Kabupaten Semarang, namun ketersediaan obat- obatan untuk penanganan PMK masih sangat terbatas.
Alternatif pengobatan juga dilakukan melalui pemberian obat- obatan herbal seperti empon- empon juga sudah diupayakan, tetapi belum mampu menyembuhkan ternak sapi dari penyakit PMK.
Sehingga warga kami kian khawatir jika ternak mereka mati. “Karena mayoritas penghasilan mereka sangat mengandalkan produksi susu sapi segar, di satu sisi ternak yang kini terindikasi telah terserang PMK tidak mampu memproduksi susu, setelah tidak mau makan,” tegasnya.
Terkat keterbatasan obat- obatn diakui juga diamini oleh Kepala Dispertanikap Kabupaten Semarang, Wigati Sunu. Menurutnya, terkait keluhan dan laporan kelompok peternak Sri Makarti dan Susu Makmur, Dusun Gedong, dispertanikap sudah turun ke lokasi.
Maka, selain pengobatan, petugas dispertanikap juga melakukan sosialisasi kepada masyarakat setempat. Baik sosialisasi untuk penanganan maupun pengobatan alternatif dengan herbal secara mandiri.
“Sosialisasi penanganan menjadi penting, jangan sampai karena ketidakpahaman para peternak dalam menangani, justru akan semakin mempercepat penyebaran PMK di lingkungan Mereka,” tegasnya.
Ia juga menyampaikan, akhir pekan kemarin Dispertanikap Kabupaten Semarang telah menerima bantuan CSR penanganan PMK oleh CV Makmur Abadi dan PT Kunci Kencana. Selain obat- obatan, juga sarana pendukung vaksinasi PMK.
Untuk itu, Pemkab Semarang mengapresiasi pihak ketiga yang telah mewujudkan CSR untuk membantu pemenuhan obat- obatan bagi penanganan PMK. Menurutnya bantuan obat- obatan setidaknya akan membuat peternak di Dusun Banyudono merasa lega.
Karena obat- obatan yang mereka butuhkan telah ada berkat bantuan dari pihak swasta. “Kami akan melakukan pendampingan kepada para peternak saat pemberian obat- obatan tersebut kepada para peternak kelompok Sri Makarti dan Susu Makmur Dusun Gedong,” tambah Sunu.
Mewakili CV Makmur Abadi, Pardede menyampaikan, bantuan yang diberikan kali ini adalah obat- obatan untuk 200 ekor sapi. Selain itu CSR kali ini juga menyerahkan bantuan berupa alcohol dan perlengkapan pendukung vaksinasi, premix ternak dan sanitizer.
“Untuk bantuan vitamin ternak rencananya juga akan disalurkan, namun untuk saat ini masih inden, karena keterbatasan persediaan vitamin,” tambahnya.