Bond Girl Menyesal Abaikan Perawatan Osteoporosis Sejak Dini

Ursula Andress, pemeran Bond girl pertama, mengabaikan diagnosis osteoporosisnya.

EPA/PETER SCHNEIDER
Aktris asal Swiss yang terkenal sebagai Bond girl pertama, Ursula Andress, mengungkap bahwa dirinya pernah mengabaikan diagnosis osteoporosis.
Rep: Gumanti Awaliyah Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Aktris asal Swiss, Ursula Andress, mengungkap bahwa dirinya pernah mengabaikan diagnosis osteoporosis. Bond girl pertama yang kini berusia 86 tahun itu didiagnosis osteoporosis pada awal 2000-an, saat usianya masih 64 tahun.

Osteoporosis adalah kondisi ketika kepadatan tulang berkurang sehingga tulang menjadi keropos dan mudah patah. Seiring dengan meningkatnya risiko patah tulang, penderita sering menjadi tidak bisa bergerak.

Andress kembali berbagi tentang kondisinya dalam sebuah wawancara tahun 2008 dengan Daily Mail. Dalam wawancara tersebut dia mengatakan tak ingin menghabiskan masa tuanya dalam kondisi lumpuh atau bungkuk lantaran osteoporosis.

"Jika saya tidak bisa aktif, saya lebih baik mati. Saya tidak bisa mengatasi tanpa mobilitas penuh. Hidupku akan berakhir," kata Andress dalam wawancara tersebut, seperti dilansir laman Express saat filmnya Dr No ditayangkan kembali di Inggris, Ahad (3/7/2022).

Pada awal diagnosis, Andress mengaku terkejut karena dia tak merasakan sakit atau ada sesuatu yang aneh dengan tubuhnya. Itulah mengapa dia pun mengabaikan saran dan peringatan dokter setelah diagnosis tersebut.

Layanan Kesehatan Nasional Inggris (NHS) menjelaskan, sering kali kondisi ini tidak menimbulkan rasa sakit sampai terjadi patah tulang. Ketika patah tulang terjadi, itu adalah sumber rasa sakit jangka panjang bagi penderita. Beberapa dari mereka mengalami gejala membungkuk ke depan jika tulang belakang yang patah.

"Bodohnya, saya menolak untuk menganggap diagnosis itu serius. Dokter mengatakan kepadaku untuk minum pil setiap hari dan kalsium agar menjaga kepadatan tulang," kata dia.

Kekurangan kalsium selama bertahun-tahun adalah penyebab utama kondisi ini. Rendahnya kadar zat kimia ini dapat menyebabkan tulang menjadi kurang padat. Ini juga menyebabkan keropos tulang dini dan itulah yang menyebabkan risiko patah tulang meningkat.

Alasan lain mengapa diagnosis Andress begitu mengejutkan adalah karena dia mengatakan dia telah mengonsumsi kalsium. Dia menjelaskan, selalu makan susu dan makanan kaya kalsium.

Baca Juga


Beberapa penelitian, bagaimanapun, telah menunjukkan bahwa gaya hidup bukan satu-satunya faktor yang berkontribusi dalam osteoporosis. Studi keluarga telah menemukan bahwa genetika memainkan peran yang kuat dalam menentukan kepadatan tulang.

Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC) menyatakan bahwa osteoporosis lebih sering terjadi pada perempuan dan memengaruhi sekitar satu dari lima orang di atas usia 50 tahun. Andress mengatakan salah satu alasan dia tidak minum obat yang diresepkan adalah karena dia selalu menunda-nunda melakukannya.

Ada beberapa obat berbeda yang tersedia untuk mengobati osteoporosis. NHS mungkin menawarkan bifosfonat, yaitu obat yang bertujuan untuk mencegah pengeroposan tulang.

Sebagai alternatif, mereka mungkin ditawarkan terapi penggantian hormon. Ini adalah perawatan yang jauh lebih langka. NHS menjelaskan bahwa HRT telah terbukti mengurangi risiko patah tulang selama perawatan untuk penyakit ini.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler