Ukraina Putus Hubungan Diplomatik Usai Korut Akui Donetsk dan Luhansk

Ukraina memutuskan hubungan diplomatik dengan Korea Utara

AP/Oleksandr Ratushniak
Ukraina langsung memutuskan hubungan dengan Pyongyang beberapa jam setelah Korea Utara (Korut) pada Rabu (13/7/2022) waktu setempat mengakui kemerdekaan Donetsk (DPR) dan Republik Rakyat Luhansk (LPR)
Rep: Fergi Nadira B Red: Esthi Maharani

REPUBLIKA.CO.ID, PYONGYANG - Ukraina langsung memutuskan hubungan dengan Pyongyang beberapa jam setelah Korea Utara (Korut) pada Rabu (13/7/2022) waktu setempat mengakui kemerdekaan Donetsk (DPR) dan Republik Rakyat Luhansk (LPR), di wilayah Donbas Ukraina.

Kementerian luar negeri Ukraina dalam sebuah pernyataan mengecam keputusan Korut karena mengakui wilayah yang dinilai Kiev diduduki sementara oleh Rusia.

"Sebagai tanggapan, Ukraina mengumumkan akan memutuskan hubungan diplomatik dengan Republik Rakyat Demokratik Korea," kata pernyataan Kemenlu Ukraina dikutip laman NDTV, Kamis (14/7/2022).

"Rusia tidak lagi memiliki sekutu di dunia, kecuali negara-negara yang bergantung padanya secara finansial dan politik," kata Menteri Luar Negeri Ukraina Dmytro Kuleba.

Kuleba mengatakan Rusia telah meminta Korut untuk mengakui wilayah itu dalam sebuah langkah yang lebih banyak berbicara tentang toksisitas Moskow daripada Pyongyang. Langkah pengakuan Korut membuat negara yang dipimpin Kim Jong-un menjadi negara ketiga setelah Rusia dan Suriah yang mengakui dua wilayah entitas yang didukung Rusia tersebut.

Dalam sebuah pesan di saluran Telegram, pemimpin DPR Denis Pushilin mengatakan dia mengharapkan kerja sama yang bermanfaat. Setelah pengakuan ini ia berharap untuk meningkatkan perdagangan dengan Korut, sebuah negara bersenjata nuklir yang terisolasi lebih dari 6.500 km jauhnya.

Kedutaan Besar DPR di Moskow memposting foto di saluran Telegramnya tentang upacara dimana duta besar Korut untuk Moskow, Sin Hong-chol, menyerahkan sertifikat pengakuan kepada utusan DPR Olga Makeyeva. Pejabat Korea Utara KCNA mengkonfirmasi pada Kamis (14/7/2022)bahwa menteri luar negeri negara itu Choe Son Hui mengirim surat kepada rekan-rekannya di kedua wilayah pada Rabu, mengakui kemerdekaan mereka.

"Dalam surat-surat itu, dia menyatakan keinginan untuk mengembangkan hubungan antarnegara dengan negara-negara itu dalam gagasan kemerdekaan, perdamaian dan persahabatan," kata KCNA.

Pengakuan Korut kemudian disambut oleh beberapa penduduk Donetsk yang tinggal di republik yang memproklamirkan diri. "Tentu saja saya senang," kata Olga, yang menolak menyebutkan nama keluarganya. "Biarkan lebih banyak yang mengenali kami, sehingga semua orang tahu kami ada di sini," ujarnya menambahkan.

Warga Donetsk lain, Anastasia, yang juga menolak memberikan nama keluarganya, mengatakan bahwa semakin banyak negara yang mengakui entitas tersebut, dan semakin kecil kemungkinan Kiev untuk merebut kembali kendali wilayah yang direbut oleh separatis dukungan Rusia dan angkatan bersenjata Rusia. "Selangkah demi selangkah kita bergabung di panggung dunia," katanya.

Rusia, yang telah mendukung wilayah tersebut sejak 2014, mengakui mereka pada malam invasinya ke Ukraina dalam sebuah langkah yang dikutuk oleh Kiev dan Barat sebagai tindakan ilegal. Rusia membenarkan keputusannya untuk melancarkan perang, yang disebutnya "operasi militer khusu.

Moskow mengatakan bahwa pihaknya melindungi penutur bahasa Rusia yang tinggal di sana dari "genosida". Kiev dan Barat telah menolak pernyataan ini sebagai dalih untuk mengobarkan perang dan merebut sebagian besar wilayah Ukraina. Korea Utara sebelumnya menyatakan dukungan untuk pencaplokan Krimea oleh Rusia pada 2014.

Baca Juga


sumber : Reuters
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler