Bangsawan Pajajaran Gelorakan Perang untuk Tolak Agama Islam

Dalam penyebaran agama Islam di Jakarta, setidaknya ada 15 peperangan yang terjadi antaran pemuka agama Pajajaran dengan para ulama.

network /Kurusetra
.
Rep: Kurusetra Red: Partner
Peta Kerajaan Pajajaran. Penyebaran agama Islam di Nusa Kalapa (Jakarta) ditentang para bangsawan dan pemuka agama di Kerajaan Pajajaran. Foto: www.sejarahbogor.com

KURUSETRA -- Salam Sedulur... Menelusuri awal penyebaran Islam di Betawi dan sekitarnya (1418-1527), menurut sejarawan sekaligus budayawan Betawi, Ridwan Saidi, perlu dijabarkan sejumlah tokoh penyebarnya. Di antara penyebar agama Islam di tanah Betawi adalah Syekh Quro, Kean Santang, Pangeran Syarif Lubang Buaya, Pangeran Papak, Dato Tanjung Kait, Kumpo Datuk Depok, Dato Tonggara, Dato Ibrahim Condet, dan Dato Biru Rawabangke.

Pada awalnya penyebaran Islam di Jakarta mendapat tantangan keras, terutama dari bangsawan Pajajaran dan para resi. Menurut naskah kuno Carios Parahiyangan, penyebaran Islam di bumi Nusa Kalapa (sebutan Jakarta ketika itu) diwarnai dengan 15 peperangan. Peperangan di pihak Islam dipimpin oleh dato-dato, dan di pihak agama lokal, agama Buwun dan Sunda Wiwitan, dipimpin oleh Prabu Surawisesa, yang bertahta sejak 1521, yang dibantu para resi.

BACA JUGA: Terpikat Kecantikan Nyai Subang Larang, Benarkah Prabu Siliwangi Masuk Islam?

Bentuk perlawanan para resi terhadap Islam ketika itu adalah fisik melalui peperangan, atau mengadu ilmu. Karena itulah saat itu penyebar Islam umumnya memiliki ‘ilmu’ yang dinamakan elmu penemu jampe pemake.

Dato-dato umumnya menganut tarekat. Karena itulah banyak resi yang akhirnya takluk dan masuk Islam. Ridwan mencontohkan Resi Balung Tunggal, yang dimakamkan di Bale Kambang (Condet, Kramatjati, Jakarta Timur).

BACA JUGA: Download WhatsApp GB Versi Terbaru Juli 2022: Banyak Fitur Baru, Aman, Cepat, dan Anti-banned

Prabu Surawisesa akhirnya masuk Islam dan menikah dengan... baca di halaman selanjutnya...


Prabu Surawisesa sendiri akhirnya masuk Islam dan menikah dengan Kiranawati. Kiranawati wafat tahun 1579, dimakamkan di Ratu Jaya, Depok. Sesudah masuk Islam, Surawisesa dikenal sebagai Sanghyang.

Ia dimakamkan di Sodong, di luar komplek Jatinegara Kaum. Ajaran tarekat dato-dato kemudian menjadi ‘isi’ aliran maen pukulan syahbandar yang dibangun oleh Wa Item. Wa Item adalah syahbandar pelabuhan Sunda Kalapa yang tewas ketika terjadi penyerbuan oleh pasukan luar yang dipimpin Falatehan (1527).

BACA JUGA: Habib Rizieq Shihab (HRS) Pernah Ditanya Sang Ayah: Kalau Sudah Besar Mau Jadi Jagoan atau Ulama?

Selain itu juga ada perlawanan intelektual yang berbasis di Desa Pager Resi Cibinong, dipimpin Buyut Nyai Dawit yang menulis syair perlawanan berjudul Sanghyang Sikshakanda Ng Kareyan (1518). Sementara, di Lemah Abang, Kabupaten Bekasi, terdapat seorang resi yang melakukan perlawanan terhadap Islam melalui ajaran-ajarannya yang menyimpang.

Resi ini menyebut dirinya sebagai Syekh Lemah Abang, atau Syekh Siti Jenar. Tantangan yang demikian berat mendorong tumbuhnya tradisi intelektual Betawi.

JANGAN LEWATKAN ARTIKEL MENARIK LAINNYA:


> Humor Gus Dur: Jenderal Orba Menang Lomba Tebak Umur Mumi, Caranya Dipukulin Sampai Ngaku Sendiri

> Sejarah Sumpit yang Diharamkan Dipakai Umat Islam untuk Makan

>Tak Perlu Pakai Pawang, Begini Cara Muhammadiyah Cegah Hujan

> Pawang Hujan Mandalika, Ustadz Khalid Basalamah: Pawang Hujan Itu Dukun, Haram Hukumnya dalam Islam

> Humor Gus Dur: Gara-Gara Dikirimi PSK, Gus Dur Terpaksa Tidur di Sofa

.

Ikuti informasi penting seputar berita terkini, cerita mitos dan legenda, sejarah dan budaya, hingga cerita humor dari KURUSETRA. Kirim saran dan kritik Anda ke email kami: kurusetra.republika@gmail.com. Jangan lupa follow juga Youtube, Instagram, Twitter, dan Facebook KURUSETRA.

sumber : https://kurusetra.republika.co.id/posts/166673/bangsawan-pajajaran-gelorakan-perang-untuk-tolak-agama-islam
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler