Mesir Umumkan Kenaikan Tarif Kereta Api
Kenaikan harga tarif kereta api Mesir bahkan belum menutupi biaya operasionalnya.
REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO -- Menteri Perhubungan Mesir pada Senin (25/7/2022), mengumumkan tarif baru kereta api mulai bulan depan. Kebijakan ini membuat marah penduduk setempat yang telah berjuang di bawah kondisi ekonomi yang memburuk di negara itu.
"Kami berada dalam kesulitan," kata Menteri Kamel al-Wazir dilansir dari Alarabiya, Rabu (27/7/2022).
Ia menambahkan bahwa keputusan menaikkan tarif kereta api itu masih membutuhkan persetujuan parlemen. Dia mengatakan kementeriannya berutang 88 miliar pound Mesir (4.641.546.008 dolar AS) dan sekitar 5 miliar pound (263.721.425 dolar AS) kepada Kementerian Perminyakan.
Mulai 1 Agustus, tarif metro akan mengalami kenaikan 1 pound Mesir, jelasnya. Bahkan jika harga tiket kereta api naik 2, 3 atau bahkan 5 pound, harganya masih lebih murah daripada minibus.
Tapi kenaikan ini, jika disetujui, masih belum bisa menutupi biaya tahunan yang lebih dari dua kali lipat uang yang dihasilkan oleh kementerian. Al-Wazir mengatakan kementerian transportasi menghasilkan pendapatan 4,2 miliar pound per tahun, sementara pengeluarannya diperkirakan 10 miliar pound.
Dia memperingatkan bahwa Otoritas Perkeretaapian menderita kepadatan yang berlebihan. Sementara, perkeretaapian belum melihat perbaikan apa pun sejak 1952.
Mesir memiliki catatan keselamatan kereta api yang sangat buruk. Negara itu telah menyaksikan serangkaian kecelakaan kereta api yang mematikan dalam beberapa tahun terakhir.
Langkah ini diperkirakan akan memperburuk tekanan ekonomi pada negara miskin dan kelas menengah yang telah terpukul keras dalam beberapa tahun terakhir oleh penghematan.
Orang Mesir meramaikan media sosial untuk mengeluh tentang kenaikan itu Beberapa mengatakan mereka tidak akan mampu membelinya.
Pengumuman itu muncul kurang dari dua minggu setelah harga solar dan bahan bakar lainnya mengalami kenaikan, di tengah kenaikan harga makanan pokok dan barang kebutuhan pokok lainnya. Negara itu, seperti negara lain, menghadapi tekanan inflasi yang tajam setelah perang Rusia di Ukraina, yang secara khusus mempengaruhi Mesir, pengimpor gandum terbesar di dunia.
Kairo telah melakukan pembicaraan dengan Dana Moneter Internasional (IMF) untuk lebih banyak bantuan keuangan.