Menghidupkan Sunah-Sunah Nabi di Bulan Ramadhan

Ramadhan adalah bulan yang penuh berkah.

Dok Republika
Bulan Ramadhan (ilustrasi)
Red: Hasanul Rizqa

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ada berbagai amalan sunah yang khas Ramadhan. Di antaranya adalah makan sahur. Rasulullah SAW juga menganggap penting makan pada dini hari bagi orang-orang yang akan menjalankan ibadah puasa. Inilah momen yang penuh keberkahan.

Dalam sebuah hadis riwayat Ahmad, Nabi SAW mengimbau umatnya ketika Ramadhan, “Bersahurlah. Sesungguhnya dalam sahur itu penuh dengan keberkahan.” Sahur merupakan santap hidangan yang dilakukan sebelum masuk waktu subuh sebagai persiapan menjalani puasa seharian.

Rasulullah SAW mengimbau umat Islam agar mencukupi sajian sahur. Dengan begitu, mereka insya Allah kuat untuk menjalani puasa. Beliau bersabda, “Sahur itu makanan yang berkah, janganlah kalian meninggalkannya walaupun hanya meneguk setengah air.”

Berkaitan dengan sahur, ada pula tradisi yang hidup di tengah kaum Muslimin perbagai negeri. Kebiasaan yang dimaksud adalah membangunkan orang-orang pada dini hari agar mereka bisa sahur. Di masyarakat Makkah, misalnya, ada budaya demikian.

Seperti disebutkan dalam Ensiklopedia Peradaban Islam Makkah, penduduk kota kelahiran Rasulullah SAW itu memiliki kelompok-kelompok yang bertugas membangunkan orang-orang untuk sahur. Caranya dengan keliling kampung-kampung dan membawa lentara khas Arab (fanus) serta menabuh gendang (duf al-bazah) secara berirama. Mereka juga meneriakkan yel-yel untuk menyemarakkan suasana.

Akan halnya zaman Rasulullah SAW, upaya membangunkan warga untuk menunaikan sahur lebih terpusat. Dalam arti, suara azan digunakan sebagai tanda dimulainya waktu bersahur. Nabi SAW memerintahkan seorang sahabatnya, Bilal bin Rabah, untuk mengumandangkan azan sebagai tanda waktu santap sahur.

Adapun Abdullah bin Ummi Maktum ditugaskan oleh beliau untuk melakukan azan sebagai tanda masuknya waktu subuh atau usainya sahur. “Sesungguhnya, Bilal azan pada waktu malam, maka makan dan minumlah kalian sampai terdengar azan Ibnu Ummi Maktum,” demikian sabda Rasulullah SAW, sebagaimana diriwayatkan Imam Bukhari.

Baca Juga


Sunah lainnya kala bulan suci Ramadhan ialah berbuka puasa. Dalam sebuah hadis sahih, Rasulullah SAW bersabda, “Bagi orang yang berpuasa, ada dua kebahagiaan, (pertama) ketika berbuka. Ia berbahagia karena bukanya. Dan kemudian (kedua) ketika ia bertemu dengan Tuhannya. Ia berbahagia karena puasanya.”

Nabi SAW diketahui gemar berbuka puasa dengan sajian kurma muda (ruthab). Bila hidangan itu tidak tersedia, Rasulullah SAW berbuka dengan kurma yang matang (tamr). Jika keduanya tidak ada, beliau membatalkan puasanya minimal dengan beberapa teguk air.

Momentum berbuka puasa juga menjadi saat-saat menggiatkan sedekah. Rasulullah SAW pernah bersabda, “Barangsiapa memberi (makanan atau minuman) untuk berbuka kepada orang yang berpuasa, maka ia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang berpuasa itu, tanpa mengurangi sedikit pun pahala orang yang berpuasa itu.”

Nabi SAW juga menjelaskan, para malaikat Allah pun mendoakan orang-orang yang berbuka puasa. “Telah berbuka di tempatmu orang-orang yang puasa. Orang-orang baik memakan makanan kalian, dan para malaikat mendoakan kalian,” demikian pesan Rasulullah.

Sunah berikutnya yang khas Ramadhan adalah shalat tarawih, yang digelar—biasanya secara berjamaah—usai shalat isya. Secara kebahasaan, tarawih atau arohah berarti 'bersantai-santai' atau 'beristirahat.' Hal ini sejalan dengan pesan Rasulullah kepada Bilal bin Rabah mengenai shalat malam pada bulan Ramadhan. Beliau bersabda, “Wahai Bilal, dirikanlah shalat dan kita istirahat dengannya.”

Dalam sebuah riwayat lain, Rasulullah SAW bersabda mengenai kebaikan shalat tarawih bagi kaum Muslimin. “Barangsiapa menunaikan qiyamul-lail pada bulan Ramadhan karena keimanan dan mengharapkan pahala, niscaya diampuni dosanya yang telah lalu.”

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Berita Terpopuler