Turki: Dua Kapal Pembawa Gandum Berlayar dari Pelabuhan Laut Hitam

Perang Rusia menahan pengiriman 20 juta ton biji-bijian di dalam Ukraina.

AP/Emrah Gurel
Sebuah kapal dengan pejabat Rusia, Ukraina, Turki, dan PBB menuju ke kapal kargo berbendera Sierra Leone Razoni, untuk memeriksa apakah pengiriman biji-bijian sesuai dengan kesepakatan penting yang ditandatangani bulan lalu oleh Moskow dan Kyiv, di area inspeksi di Black Laut lepas pantai Istanbul, Turki, Rabu, 3 Agustus 2022. Kapal kargo Razoni, memuat 26.000 ton jagung, berlayar dari Odesa Ukraina pada Senin, menuju tujuan akhir, Lebanon.
Rep: Lintar Satria Red: Friska Yolandha

REPUBLIKA.CO.ID, ISTANBUL -- Kementerian Pertahanan Turki mengatakan dua kapal gandum berlayar dari pelabuhan Laut Hitam, Ukraina. Pengiriman itu bagian dari kesepakatan untuk menghentikan blokade ekspor jalur laut Ukraina.

Baca Juga


Pada Senin (8/8/2022) Sacura yang berangkat dari Yuzni membawa 11 ribu ton kedelai ke Italia. Sementara Arizona yang berangkat dari Chernomorsk membawa 48.458 ton jagung ke Iskenderun di Turki selatan.

Ukraina pemasok utama gandum, barley, jagung, dan minyak bunga matahari ke negara-negara berkembang. Tapi hanya mewakili 10 persen dari perdagangan gandum internasional.

Masyarakat termiskin di dunia yang bergantung pada gandum Ukraina yang didistribusikan melalui badan-badan PBB seperti Program Pangan Dunia (WFP) akan dapat mengaksesnya dalam waktu dekat. Sebelum perang, setengah dari gandum yang dibeli WFP didistribusikan ke negara miskin berasal dari Ukraina.

Sebelumnya juga dilaporkan kapal Razoni yang membawa lebih dari 26.000 ton jagung untuk pakan ayam dari Odesa, Ukraina tiba di pelabuhan Tripoli, Lebanon. Lebanon memiliki tingkat inflasi makanan tertinggi di dunia dengan 122 persen. Hampir semua gandum di negara itu dikirimkan dari pelabuhan-pelabuhan Laut Hitam.

Perang Rusia menahan pengiriman 20 juta ton biji-bijian di dalam Ukraina. Jagung yang dibawa Razoni pada awal pekan ini menandai langkah besar menuju mengekstraksi persediaan makanan.

"Sebenarnya melihat pergerakan pengiriman adalah masalah besar,” kata analis senior di perusahaan data dan analitik Gro Intelligence Jonathan Haines.

"26.000 ton ini dalam skala 20 juta ton yang dikurung bukanlah apa-apa, sama sekali tidak ada apa-apanya, tetapi jika kita mulai melihat ini, setiap pengiriman yang dilakukan akan meningkatkan kepercayaan," ujarnya.

Skala kecil berarti pengiriman awal yang meninggalkan lumbung pangan dunia tidak akan menurunkan harga pangan atau meredakan krisis pangan global dalam waktu dekat. Plus, sebagian besar biji-bijian yang terperangkap adalah untuk pakan ternak, bukan untuk dimakan manusia. 

sumber : Reuters
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler