Kenaikan Harga Komoditas Pangkas Laba INDF dan ICBP

Marjin laba usaha INDF turun 16 persen sementara laba bersih turun 5 persen

ANTARA/Muhammad Adimaja
Karyawan melihat pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta. PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) membukukan kenaikan penjualan neto konsolidasi sebesar 12 persen pada semester pertama 2022 menjadi Rp 52,79 triliun dibandingkan Rp 47,29 triliun di periode yang sama tahun lalu.
Rep: Retno Wulandhari Red: Ichsan Emrald Alamsyah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) membukukan kenaikan penjualan neto konsolidasi sebesar 12 persen pada semester pertama 2022 menjadi Rp 52,79 triliun dibandingkan Rp 47,29 triliun di periode yang sama tahun lalu.


Meski pendapatan meningkat, laba bersih INDF tergerus karena terimbas kenaikan harga komoditas. Laba bersih INDF pada paruh pertama 2022 tercatat Rp 2,9 triliun, turun 16 persen dari Rp 3,43 triliun pada periode yang sama tahun lalu.

Secara lebih rinci, laba usaha INDF naik 4 persen menjadi Rp 8,83 triliun dari Rp 8,49 triliun. Marjin laba usaha turun menjadi 16,7 persen dari 17,9 persen. Marjin laba bersih juga turun menjadi 5,5 persen dari 7,3 persen.

Laba inti INDF pada dasarnya mengalami kenaikan 2 persen secara tahunan menjadi Rp 4 triliun jika tanpa memperhitungkan non-recurring items dan selisih kurs. Direktur Utama & CEO INDF Anthoni Salim melihat ketidakpastian kondisi global dan volatillitas harga komoditas masih berlanjut.

"Kami akan terus memantau perkembangan situasi global dan fokus pada daya saing biaya serta menjaga keseimbangan antara pasar dan profitabilitas di pasar dalam maupun luar negeri," ujar Anthoni dalam keterangan resmi, Rabu (31/8).

Di sisi lain, kondisi serupa juga dialami PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP). Meski terjadi kenaikan penjualan, laba bersih ICBP terpangkas cukup dalam pada sepanjang enam bulan pertama tahun ini.

Perseroan membukukan kenaikan penjualan neto konsolidasi sebesar 16 persen menjadi Rp 32,59 triliun, dibandingkan Rp 28,2 triliun pada periode yang sama tahun lalu. ICBP membukukan marjin laba usaha yang sehat sebesar 18 persen.

Namun, seiring dengan kenaikan berbagai harga komoditas, laba usaha turun 8 persen menjadi Rp 5,88 triliun dari Rp 6,36 triliun. Laba periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk turun sekitar 40 persen jadi Rp 1,93 triliun dari Rp 3,22 triliun.

Dengan tidak memperhitungkan non-recurring item dan selisih kurs, core profit turun 23 persen menjadi Rp 3,03 triliun dari Rp 3,95 triliun pada periode yang sama tahun sebelumnya. Anthoni yang juga merupakan Direktur Utama ICBP mengatakan, di tengah perekonomian global yang melambat, kondisi perekonomian Indonesia relatif stabil.

"Kami akan terus fokus pada upaya untuk mempertahankan keseimbangan antara pertumbuhan volume penjualan dan profitabilitas," terang Anthoni.

Menurut Anthoni, ICBP telah melakukan berbagai inisiatif untuk kegiatan operasional perseroan di Indonesia maupun luar Indonesia di antaranya memperkuat kepemimpinan di pasar melalui investasi secara berkelanjutan pada merek-merek produk dan memperdalam penetrasi pasar.

"ICBP juga akan senantiasa berupaya meningkatkan kemampuan manufaktur dan produksinya serta menjaga posisi keuangan yang sehat," pungkas Anthoni.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler