Antrean Kendaraan di SPBU Kendari Normal Meski Harga BBM Naik
Antrean kendaraan roda dua dan roda empat terpantau normal
REPUBLIKA -- Antrean kendaraan baik roda dua maupun roda empat di sejumlah Stasiun Bahan Bakar Umum (SPBU) di Kota Kendari, Sulawesi Tenggara terpantau normal meski pemerintah telah menaikkan harga BBM subsidi. Pada Sabtu (3/9/2022) malam, antrean kendaraan roda dua dan roda empat terpantau normal di SPBU Anduonohu. Juga terlihat pihak kepolisian melakukan pengamanan di SPBU tersebut.
Antrean normal di Pertamina SPBU Tapak Kuda di Kelurahan Korumba Kecamatan Mandonga Kota Kendari juga terpantau. Namun antrean yang panjang hanya terlihat pada jalur kendaraan roda empat.
Selanjutnya, pantauan di SPBU Teratai di Kelurahan Tipulu, Kecamatan Kendari Barat Kota Kendari juga normal. Hingga pukul 20.38 WITASPBU tersebut masih melakukan pelayanan BBM.
Pantauan lainnya di SPBU Saranani di Kelurahan Korumba Kecamatan Mandonga, Kota Kendari terlihat normal pula. Pelayanan masih terlihat hingga pukul 20.46 WITA.
Kemudian, di SPBU Depan Rabam di Kelurahan Kadia Kecamatan Kadia Kota Kendari terpantau normal baik kendaraan roda dua maupun roda empat hingga pukul 20.54 WITA. Terlihat beberapa personel kepolisian juga melakukan pengamanan di depan Pertamina.
Sementara itu, pantauan di SPBU Taruna Bumi/THR di Kelurahan Mataiwoi Kecamatan Wua-Wua Kota Kendari sudah tutup hingga pukul 21.02 Wita. Terlihat papan pengumuman bertuliskan harga Pertalite Rp 10 ribu
Di sisi lain, sejumlah mahasiswa yang tergabung dalam Lembaga Kemahasiswaan Universitas Halu Oleo (UHO) Kendari melakukan aksi unjuk rasa menolak kenaikan harga BBM. Aksi tersebut dilakukan di pertigaan kampus baru di Jalan Jenderal A.H. Nasution, Kelurahan Kambu, Kota Kendari pada Sabtu (3/9/2022) malam. Akibat aksi tersebut, arus lalulintas sempat terganggu, terlihat beberapa kendaraan roda dua dan empat mengalami kemacetan.
Limin Ketua BEM Fakultas MIPA dalam orasinya menjelaskan, bahwa dirinya bersama masyarakat menolak adanya kenaikan harga BBM. "Hari ini kami menolak dengan kenaikan Bahan Bakar Minyak (BBM) yang naik 30 persen yang merugikan masyarakat khususnya ekonomi," katanya.
Kepala Kepolisian Resor Kota (Polresta) Kendari Kombes Pol Muhammad Eka Faturrahman mengatakan demonstrasi yang dilakukan puluhan mahasiswa berjalan aman dan kondusif. "Situasi perkembangan aksi unjuk rasa di pertigaan Kampus UHO sampai saat ini situasi kondusif, arus lalu lintas lancar. Aksi unjuk rasa telah berakhir pukul 20.00 Wita," katanya.
Sebelumnya, Presiden RI Joko Widodo menyebut keputusan untuk menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) adalah pilihan terakhir pemerintah. "Ini adalah pilihan terakhir pemerintah, yaitu mengalihkan subsidi BBM sehingga harga beberapa jenis BBM yang selama ini mendapat subsidi akan mengalami penyesuaian, dan sebagian subsidi BBM akan dialihkan untuk bantuan yang lebih tepat sasaran," kata Presiden Jokowi dalam konferensi pers di Istana Merdeka Jakarta, Sabtu.
Presiden Jokowi menyampaikan pernyataan resmi tersebut dengan didampingi Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, Menteri Sosial Tri Rismaharini, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif, dan Menteri Sekretaris Negara Pratikno.
Dalam konferensi pers tersebut, Menteri ESDM Arifin Tasrif mengumumkan kenaikan harga BBM bersubsidi pertalite dari Rp7.650,00 per liter menjadi Rp10 ribu/liter; solar bersubsidi dari Rp5.150,00/liter menjadi Rp6.800,00/liter; dan pertamax nonsubsidi dari Rp12.500,00/liter menjadi Rp14.500,00/liter yang berlaku sejak Sabtu, 3 September 2022, pukul 14.30 WIB.
"Mestinya uang negara itu harus diprioritaskan untuk memberikan subsidi kepada masyarakat yang kurang mampu dan saat ini pemerintah harus membuat keputusan dalam situasi yang sulit," ungkap Presiden.
Pemerintah, menurut Presiden Jokowi, telah berupaya sekuat tenaga untuk melindungi rakyat dari gejolak harga minyak dunia. "Saya sebetulnya ingin harga BBM di dalam negeri tetap terjangkau dengan memberikan subsidi dari APBN. Akan tetapi, anggaran subsidi dan kompensasi BBM pada tahun 2022 telah meningkat tiga kali lipat dari Rp 152,5 triliun menjadi Rp 502,4 triliun," kata Presiden.
Nilai subsidi BBM tersebut, kata Presiden Jokowi, juga terus meningkat. "Dan lagi lebih dari 70 persen subsidi justru dinikmati oleh kelompok masyarakat yang mampu yaitu pemilik mobil-mobil pribadi," kata Presiden.