Sri Mulyani Optimis Ekonomi Indonesia Tumbuh Resilience pada Akhir 2022
Sri Mulyani yakin belanja pemerintah akan berkontribusi besar di akhir 2022
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah meyakini ekonomi Indonesia akan tumbuh positif hingga akhir 2022. Hal ini ditopang laju sektor konsumsi tergolong positif, ekspor tumbuh kuat, dan investasi mulai pulih.
Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan pada kuartal IV 2022 belanja pemerintah akan ikut banyak memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi.
“Indonesia antisipasinya tadi saya sampaikan tahun ini kita perkirakan sampai akhir tahun pertumbuhan cukup resilience,” ujarnya saat webinar UOB Indonesia Economic Outlook, Kamis (29/9/2022).
Menurutnya apabila 2023 nantinya perekonomian akan mengalami resesi, pemerintah akan tetap menjaga resilience sebagai shock absorber demi mengendalikan inflasi.
"Tahun depan maka kalau lihat environment akan menjadi melemah maka kita harus menjaga resilience tadi sebagai shock absorber," ucapnya.
Tak hanya itu, pemerintah juga akan menjaga domestik demand hingga konsumsi. Maka itu, Sri Mulyani menilai daya beli beli harus dijaga secara hati-hati.
"Makanya tidak yang disampaikan dari dunia usaha credit gross sudah meningkat itu semua bisa menciptakan great job dan bisa menciptakan income dan daya beli," ucapnya.
Di samping itu, Sri Mulyani menyebut momentum pemulihan Indonesia yang masih sangat kuat akan memberi daya tahan terhadap ekonomi secara lebih baik, sehingga mampu tercipta lapangan kerja baru dan menurunkan angka kemiskinan.
“Saat kita momentum pemulihannya masih kuat ini memberikan daya tahan yang cukup baik, tidak hanya sekedar pertumbuhan ekonomi levelnya, tapi juga menciptakan lapangan kerja baru,” ucapnya.
Sri Mulyani menuturkan kuatnya momentum pemulihan Indonesia terlihat dari ekonomi yang konstan tumbuh di atas lima persen sepanjang semester I 2022, bahkan diprediksi bertahan pada kuartal III.
Presiden Joko Widodo, kata Sri Mulyani, memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal III 2022 akan berada level antara 5,4 persen sampai enam persen. Hal tersebut merupakan pencapaian yang luar biasa di tengah pandemi yang belum berakhir dan bahkan banyak negara di dunia juga belum sepenuhnya pulih.
Produk domestik bruto (PDB) Indonesia pun akhirnya menjadi sedikit dari negara di dunia yang pada semester II 2021 telah mampu melewati prapandemi level 1,9 persen dan tahun ini akan lebih tinggi yakni di atas tujuh persen.
“Hanya tiga negara yang lebih tinggi dari kita dan kalau kita lihat dari seluruh negara G20 atau ASEAN 6, kita termasuk yang memiliki performance pemulihan relatif cepat dan kuat,” ucapnya.
Dia menegaskan arah pemulihan Indonesia yang sudah sangat baik ini harus dipertahankan melalui kerja sama kebijakan fiskal dan moneter untuk menangani berbagai masalah yang merupakan scarring effect dari pandemi. Adapun masalah itu di antaranya mengenai stabilisasi dan pemulihan ekonomi, pertumbuhan ekonomi dan normalisasi hingga terkait pelaku mikro seiring anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) masuk sampai ke level rumah tangga.
“APBN menjadi shock absorber, shock-nya sebetulnya sangat dalam tapi masyarakat, Anda semua masih bisa duduk di sini, menikmati listrik, menikmati AC, keluar masih makan, jalan di luar masih macet,” ucapnya.