33 Anak Meninggal dalam Tragedi Kanjuruhan, Paling Kecil Umur Empat Tahun

Dari 125 orang korban meninggal tragedi Kanjuruhan, 33 di antaranya anak-anak.

H. PRABOWO/EPA
Suporter sepak bola mengevakuasi seorang anak saat bentrokan terjadi di Stadion Kanjuruhan di Malang, Jawa Timur. Kementerian PPPA mengonfirmasi ada 33 anak yang menjadi korban meninggal tragedi Kanjuruhan.
Rep: Afrizal Rosikhul Ilmi Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) mengonfirmasikan ada 33 anak yang meninggal dalam tragedi di Stadion Kanjuruhan, Kabupaten Malang, Jawa Timur. Mereka berusia antara empat hingga 14 tahun

"Tiga puluh tiga anak meninggal dunia (terdiri atas) delapan anak perempuan dan 25 anak laki-laki," kata Deputi Perlindungan Khusus Anak Kementerian PPPA Nahar saat dihubungi Antara di Jakarta, Senin (3/10/2022).

Menurut Nahar, jumlah tersebut merupakan bagian dari 125 korban meninggal dunia berdasarkan data yang dirilis Polri. Sementara untuk jumlah anak yang dirawat di rumah sakit setempat masih terus dikonfirmasi.

"Kami masih terus melengkapi datanya," kata Nahar.

Pihaknya bersama Dinas PPPA Provinsi dan Kabupaten/Kota Malang masih terus berkoordinasi dan berupaya menyediakan data khusus anak yang menjadi korban sebagai bahan pihak-pihak terkait melakukan intervensi layanan. Tragedi di Stadion Kanjuruhan, Kabupaten Malang, berlangsung usai pertandingan antara Arema FC kontra Persebaya Surabaya dengan skor akhir 2-3, pada Sabtu (1/10/2022) malam.

Baca Juga


Sementara itu, Koordinator Lapangan Aremania, Achmad Ghozali mengutuk keras tindakan yang dilakukan oleh aparat terhadap suporter Arema dalam insiden tersebut. Pria berusia 48 tahun yang telah menjadi suporter setia Arema sejak 35 tahun lalu itu meminta agar kasus ini diusut tuntas hingga terdapat tersangka yang bertanggung jawab atas kematian seratusan nyawa.

"Saya berharap tim investigasi mengusut tuntas kejadian ini," ujar Ghozali kepada Republika.co.id, Senin.

Ghozali juga mengutuk penembakan gas air mata. Ia meminta agar pihak yang memerintahkan pelepasan tembakan gas air mata untuk bertanggung jawab. 

"Tidak mungkin tidak ada yang memerintah, usut tuntas kasus ini hingga ke akar-akarnya," kata Ghozali.

Polri menyatakan korban meninggal dalam peristiwa nahas itu mencapai 125 orang. Saat ini, Polri sedang melakukan pendalaman lebih lanjut terhadap kejadian yang membuat seratusan orang meninggal dunia tersebut.

 

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler