Tak Hanya Fisik, Korban Tragedi Kanjuruhan Juga Alami Luka Psikis
Ada beberapa korban yang meminta untuk mengikuti trauma healing.
REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Tragedi Kanjuruhan di Kepanjen, Kabupaten Malang telah berlalu lebih dari sepekan. Namun, kesedihan akibat kehilangan dan rasa sakit fisik maupun psikis para korban tak kunjung pulih.
Tim pendataan korban Tragedi Kanjuruhan Malang, Dadang Holopes mengatakan, masih ada beberapa korban yang melaporkan kejadian tragedi Kanjuruhan di Posko Gabungan Aremania, Kantor DPD KNPI, Kota Malang. Beberapa korban masih ada yang mengalami luka-luka akibat efek semprotan gas air mata. "Dan berdesakan mencari keluar stadion," kata Dadang kepada wartawan di Kota Malang, Selasa (11/10/2022).
Sebagian besar korban mengalami sesak napas, sakit dada, sakit tenggorokan dan sebagainya. Selain itu, masih ada beberapa korban yang mengalami trauma akibat tragedi Kanjuruhan. Kemudian ada pula yang meminta untuk mengikuti trauma healing di poskonya.
Pada umumnya, kata dia, sekitar tiga sampai enam korban mengadu ke posko karena masih merasakan luka dan dampak psikis. Bahkan beberapa di antaranya masih menjalani perawatan di beberapa rumah sakit wilayah Malang Raya. Hal ini terutama di RS Hermina, RSUD Saiful Anwar (RSSA), RSUD Kepanjen dan sebagainya.
Dari sejumlah korban yang masih dirawat di rumah sakit, ada yang mengadukan mengalami iritasi di kulit. Kemudian mengalami bercak-bercak merah. Bahkan, kata dia, ada yang kehilangan ingatan karena terkena benturan di kepala.
"Korban seorang wanita juga seperti itu. Ada yang badannya belum bisa digerakkan yang bagian kanan juga seperti itu," ucapnya.
Seperti diketahui, Arema FC mengalami kekalahan saat bertemu Persebaya Surabaya di Stadion Kanjuruhan, Kepanjen, Kabupaten Malang, Sabtu (1/10/2022) malam. Kondisi ini menyebabkan dua Aremania turun ke lapangan untuk menguatkan para pemain Arema FC. Namun kedatangan tersebut direspons kurang baik oleh tim pengamanan sehingga memicu suporter lainnya turun ke lapangan.
Bukannya memberikan imbauan, tim pengamanan justru melakukan kekerasan terhadap para suporter. Bahkan, aparat kepolisian memberikan tembakan gas air mata ke sejumlah tribun. Sejumlah suporter panik dan mencoba keluar stadion, tetapi pintu ditemukan dalam keadaan terkunci. Situasi ini menyebabkan para penonton sesak napas hingga ada yang meninggal dunia di tempat.