BNPB Minta Bali Perhatikan Sungai Berpotensi Picu Banjir Bandang

Sebelumnya, BNPB mengimbau Provinsi Bali agar waspada bencana hidrometeorologi basah.

ANTARA/Nyoman Hendra Wibowo
Sejumlah siswa dan warga berjalan di jembatan beton yang ambruk saat berangkat ke sekolah pascabanjir bandang di Dusun Sekar Kejula Kelod, Desa Yehembang Kauh, Jembrana, Bali, Selasa (25/10/2022). Sejak jembatan beton penghubung empat dusun yakni Dusun Sekar Kejula Kelod, Dusun Sekar Kejula, Dusun Kedisan, dan Dusun Munduk Anggrek tersebut ambruk akibat diterjang banjir bandang yang terjadi pada Minggu (16/10) lalu, banyak siswa dan warga memilih menyeberang sungai dengan berjalan kaki saat menuju sekolah maupun kantor desa menyusul jauhnya jarak jalur alternatif di dusun itu.
Red: Ratna Puspita

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) meminta Pemerintah Provinsi (Pemprov) Bali agar memperhatikan sungai-sungai yang berpotensi memicu banjir bandang. Sungai-sungai yang tidak terlalu banyak air pada musim kemarau, perlu diperhatikan agar tidak ada tumpukan pohon-pohon tumbang yang menghalangi lajunya air pada musim hujan.

Baca Juga


"Pada saat sungai ini tidak dialiri debit terlalu banyak, ini tidak mengganggu. Tetapi ketika terjadi hujan dengan intensitas sangat tinggi, kemudian menjadi bendung-bendung alam airnya, tinggi airnya melimpas bendung alam ini pun terbawa turun ke bawah, ini adalah pemicu banjir bandang yang harus kita lihat," ujar Pelaksana Tugas Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari dalam Disaster Briefing diikuti daring di Jakarta, Selasa (25/10/2022).

Abdul mengatakan dari penyebab banjir bandang, perlu diperhatikan apakah ada sumbatan-sumbatan pada hulu sungai. Menurut analisis BNPB, banjir di Kabupaten Karangasem terjadi karena curah hujan tinggi hingga 60 mm. Sehingga, perlu dilakukan antisipasi pada kondisi alur badan sungai di daerah hulu.

"Apakah ada sumbatan, apakah ada pohon-pohon tumbang yang berpotensi menjadi bendung-bendung alam ketika debit air sangat tinggi. Ini mungkin yang menjadi perhatian kita," ujar Abdul.

Sebelumnya, BNPB mengimbau Provinsi Bali agar waspada bencana hidrometeorologi basah seperti banjir dan tanah longsor, karena berkurangnya kawasan penyangga air. Abdul menyebut kawasan yang dulunya mungkin sebagai penyangga air sekarang sudah berkurang.

"Perlu diwaspadai untuk potensi terjadinya bencana hidrometeorologi basah yang masif, karena dalam dua minggu lalu bencana hidrometeorologi basah terjadi di Bali cukup signifikan," katanya.

sumber : Antara
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Berita Terpopuler