BI Dukung Laporan FX Markets Asia Pasific-BIS untuk Perkuat Valas
FX Markets Asia Pasifik dibentuk pada April 2021.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bank Indonesia (BI) bersama bank sentral negara lain yang tergabung dalam Study Group Bank for International Settlements (BIS) mempublikasikan laporan Foreign Exchange (FX) Markets in Asia Pacific, Senin (31/10/2022). Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI, Erwin Haryono mengatakan Study Group tentang Foreign Exchange (FX) Markets Asia Pasifik dibentuk pada April 2021 oleh Kantor Perwakilan BIS untuk wilayah Asia dan Pasifik.
Anggota kelompok terdiri dari bank sentral dan otoritas moneter dari Australia, Filipina, Hong Kong SAR, India, Indonesia, Korea, Malaysia, Selandia Baru, Singapura, Thailand, dan China, serta pengamat dari Jepang. Pembentukan Study Group ini difokuskan untuk melakukan asesmen dan menyusun rekomendasi kebijakan.
"Khususnya untuk memperkuat pemantauan di pasar valas, pengembangan dan pendalaman pasar valuta asing (valas) yang efisien, perluasan penggunaan lindung nilai valas yang efisien, dan upaya untuk meredam dampak volatilitas di pasar keuangan domestik," katanya dalam keterangan.
Ini sejalan dengan peningkatan volume pasar valas di kawasan Asia Pasifik dari tahun 2013 hingga 2022 yang sangat mempengaruhi efektivitas kebijakan bank sentral negara berkembang seperti di Indonesia. Laporan ini mengkaji bagaimana kebijakan stabilisasi menjadi instrumen utama dalam mendukung mekanisme pasar dan stabilitas sistem keuangan.
Selain itu upaya pendalaman pasar lindung nilai dapat membantu menyeimbangkan permintaan valas di masa depan. Terdapat tiga fokus utama asesmen dan opsi kebijakan yang dimuat dalam laporan ini.
Diantaranya, pemantauan dan pengawasan pasar valas, perkembangan pasar lindung nilai valas, dan pertimbangan dan kaitan struktur pasar valas dan arus modal. Analisis pada laporan ini menggunakan metode survei anggota study group, BIS Triennial Central Bank Survey of Foreign Exchange and Over-the-counter Derivatives Markets, sumber sektor resmi lainnya, sumber data komersial, dan studi kasus negara anggota.
Laporan ini juga menuangkan pentingnya dukungan pasar valas spot dan derivatif yang berfungsi dengan baik. Agar bank sentral dapat menempuh macro-financial stability frameworks dengan optimal dalam merespons gejolak nilai tukar dan arus modal.
"Untuk itu, instrumen kebijakan yang tepat perlu diterapkan guna membatasi volatilitas di pasar valas sehingga stabilitas makroekonomi dan keuangan tetap terjaga," katanya.