AS Sampaikan Penentangan Atas Operasi Militer Turki di Suriah 

AS mengatakan operasi militer Turki di Suriah membahayakan kemajuan memerangi ISIS.

AP Photo/Hussein Malla
Seorang pejuang membakar bendera ISIS di garis depan di sisi barat Raqqa, timur laut Suriah, 17 Juli 2017. Menteri Pertahanan (Menhan) Amerika Serikat (AS) Lloyd Austin melakukan pembicaraan via telepon dengan Menhan Turki Hulusi Akar, Rabu (30/11/2022).
Rep: Kamran Dikarma Red: Friska Yolandha

REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA -- Menteri Pertahanan (Menhan) Amerika Serikat (AS) Lloyd Austin melakukan pembicaraan via telepon dengan Menhan Turki Hulusi Akar, Rabu (30/11/2022). Pada kesempatan itu, Austin menyampaikan penentangan atas operasi militer yang digelar Turki di Suriah dalam rangka menumpas milisi Kurdi.

Baca Juga


“Menteri Austin menyerukan de-eskalasi dan berbagai penentangan kuat Departemen (Pertahanan AS) terhadap operasi militer Turki yang baru di Suriah,” kata Pentagon dalam sebuah pernyataan, dilaporkan laman Al Arabiya.

Sebelumnya Pentagon telah menyampaikan bahwa operasi militer Turki di Suriah membahayakan kemajuan yang sudah dicapai dalam memerangi kelompok ISIS. Washington telah menjalin kerja sama dengan Pasukan Demokratik Suriah atau Syria Democratic Forces (SDF) dalam misi penumpasan ISIS di negara tersebut.

SDF dipimpin oleh Unit Perlindungan Rakyat Kurdi (YPG). YPG merupakan kelompok yang dibidik Turki dalam operasi militernya di Suriah. Ankara memandang mereka sebagai perpanjangan dari Partai Pekerja Kurdistan (PKK). Turki telah menuduh PKK terlibat dan mendalangi serangan bom yang mengguncang jalan Istiklal di Istanbul pada 13 November lalu.

Itu menjadi alasan Turki meluncurkan Operation Claw-Sword ke Suriah bulan lalu. Operasi tersebut menjadi respons Turki atas serangan bom di Istanbul yang menewaskan enam orang dan melukai lebih dari 80 lainnya. 

PKK adalah kelompok bersenjata Kurdi yang telah melancarkan pemberontakan di Turki tenggara selama lebih dari tiga dekade. Turki melabeli YPG dan PKK sebagai kelompok teroris.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler