I Wanna Dance with Somebody Ungkap Kisah Pilu di Balik Panggung Glamor Whitney Houston

Film biografi Whitney Houston juga mengungkap sisi gelap sang diva.

Dok Sony Pictures
Foto adegan I Wanna Dance with Somebody, film biografi tentang penyanyi legendaris Whitney Houston.
Rep: Shelbi Asrianti Red: Nora Azizah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dunia mengenal Whitney Houston sebagai diva legendaris dengan suara merdu yang berkarakter kuat. Penyanyi dengan julukan The Voice itu telah meninggal dunia pada 2012 silam, tetapi kisahnya kini terabadikan dalam sebuah film biografi.

Baca Juga


Sinema biopik Whitney Houston yang berjudul I Wanna Dance with Somebody sudah tayang di bioskop Indonesia. Dikapteni sutradara perempuan Kasi Lemmons, film menarasikan kisah hidup Houston yang terbilang singkat namun sangat bombastis.

Awal film yang berdurasi 143 menit ini langsung menunjukkan masa remaja Houston yang sudah akrab dengan dunia tarik suara. Houston menjadi penyanyi di tempat ibadah dan menempati posisi penyanyi latar di setiap penampilan ibundanya.

Ditunjukkan secara gamblang kedekatan Houston dengan ibunya, penyanyi pemenang dua Grammy Awards, Cissy Houston. Meski, mereka berdua juga kerap beradu pendapat dan tak selalu akur. Proses Houston dikontrak oleh label ternama pun berkat ibunya.

Houston yang di rumah dipanggil dengan nama kecil Nippy mulai mencicipi panggung demi panggung. Kariernya menanjak, dikelilingi berbagai hal glamor. Namun, di balik itu semua, Houston memendam banyak hal, baik konflik internal maupun relasi dengan orang terkasih.

I Wanna Dance with Somebody berusaha keras untuk mengungkap kepiluan di balik panggung glamor Houston, serta beragam sisi gelap sang diva. Sayangnya, itu malah memunculkan kesan kilas rangkuman hidup yang kurang mendalam.

Dari segi skenario, film ini mungkin bukan upaya narasi terbaik untuk menyajikan kehidupan Whitney Houston secara berimbang. Akan tetapi, film ini layak diacungi jempol untuk akting mengesankan dari para pemerannya. Terutama, aktris Naomi Ackie yang memerankan Houston.

Ackie sangat menjiwai sebagai Houston belia hingga menjelang akhir hidupnya. Ada transisi unik, ketika Houston muda amat periang dan energik, lantas lika-liku kehidupan membuat dia bersikap lebih "pahit" dalam menghadapi dunia. Penjiwaan penuh juga terlihat saat Ackie bernyanyi, seolah itu memang suaranya sendiri, padahal suara emas milik Houston.

Selain Ackie, film turut dibintangi Stanley Tucci, Tamara Tunie, Clarke Peters, Ashton Sanders, Nafessa Williams, Naheem Garcia, Heidi Garza, Bria Danielle Singleton, dan Daniel Washington. Tucci memerankan produser rekaman Clive Davis, yang mengorbitkan Houston.

Interaksi antara Houston dan Davis amat menarik disimak. Penonton bisa mengintip seperti apa proses pemilihan lagu yang pas hingga Houston merasa cocok membawakannya. Hubungan keduanya tak melulu profesional, terutama saat Davis berusaha menasihati saat Houston terpuruk.

Sorotan utama dari film ini adalah elemen musiknya. Sedikitnya terdapat 22 lagu yang ditampilkan sepanjang sinema, termasuk Saving All My Love, How Will I Know, I Wanna Dance with Somebody, I Will Always Love You, dan I Have Nothing.

Musik memang aspek krusial dalam film tentang sang musisi, namun akibatnya malah mendominasi kisah yang hendak disampaikan. Akan tetapi, menonton berbagai pertunjukan musik dalam film ini amat menyenangkan. Tidak sekali dua kali penonton dalam bioskop bertepuk tangan usai Houston yang diperankan Ackie bernyanyi dengan suara indah yang meremangkan bulu kuduk.

Dengan berbagai kritik yang membayangi film untuk penonton 13 tahun ke atas ini, sebenarnya I Wanna Dance with Somebody tetap menjadi sinema layak tonton. Terutama, bagi penikmat film yang ingin mengetahui kehidupan di balik panggung sosok sang diva.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler