NASA Pertimbangkan Pindahkan Orbit Teleskop Hubble

Pemindahan orbit Hubble diharapkan memperpanjang masa operasi.

nasa
Teleskop Luar Angkasa Hubble merilis gambar baru galaksi purba dalam berbagai bentuk dan ukuran bersinar dalam cahaya inframerah.
Rep: Noer Qomariah Kusumawardhani Red: Dwi Murdaningsih

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat (NASA) sedang mempelajari kemungkinan menggunakan pesawat ruang angkasa pribadi untuk mengangkat Teleskop Luar Angkasa Hubble ke ketinggian baru. Dengan ketinggian baru diharapkan bisa membawa Hubble beroperasi lebih lama. 

Baca Juga


Pada 22 Desember, NASA mengeluarkan Permintaan Informasi mengenai studi SpaceX non-eksklusif awal tahun ini yang menyarankan bagaimana Teleskop Luar Angkasa Hubble dapat “didorong kembali” ke orbit yang lebih tinggi.

Permintaan informasi NASA datang karena terus mempertimbangkan masa depan teleskop luar angkasa dan akan tetap dibuka hingga 24 Januari 2023.

Dilansir dari Space, Jumat (30/12/2022), sejak awal  operasi Hubble pada 1990, orbit teleskop ruang angkasa ada di 540 kilometer di atas Bumi. Membawa Hubble ke orbit yang lebih tinggi dan lebih stabil diharapkan dapat menambah tahun masa operasi Hubble yang menunda titik di mana NASA harus mendeorbit atau membuang teleskop.

Selama lima misi pesawat ulang-alik ke layanan Hubble, NASA menggunakan pesawat ulang-alik untuk meningkatkan ulang teleskop. Misi layanan ulang-alik terakhir ke Hubble adalah pada 2009. NASA memensiunkan armada ulang-aliknya pada 2011.

Gagasan untuk menaikkan Hubble ke orbit yang lebih tinggi menggunakan pesawat ruang angkasa Dragon tanpa biaya kepada pemerintah pertama kali dikembangkan antara Program SpaceX dan Polaris. Ini adalah program swasta misi luar angkasa menggunakan kendaraan Dragon SpaceX dan Starship yang didanai oleh miliarder Jared Isaacman. Perjanjian tanpa dana antara SpaceX dan NASA untuk mempelajari kelayakan peningkatan ulang Hubble kemudian ditandatangani pada September 2022.

Fakta bahwa penelitian ini bersifat non-eksklusif berarti bahwa perusahaan lain bebas mengusulkan studi layanan Hubble mereka sendiri berdasarkan penggunaan roket atau pesawat ruang angkasa yang berbeda.

Studi-studi ini akan mengumpulkan data dari Hubble sendiri dan dari pesawat ruang angkasa Dragon SpaceX untuk menilai kemungkinan pertemuan yang aman dan merapat dengan teleskop ruang angkasa sebelum memindahkannya ke orbit stabil yang lebih tinggi. Studi diperkirakan akan memakan waktu sekitar enam bulan untuk menyelesaikannya.

“Studi ini adalah contoh menarik dari pendekatan inovatif yang sedang dieksplorasi NASA melalui kemitraan swasta-publik,” kata administrator asosiasi Direktorat Misi Sains di Markas Besar NASA di Washington, Thomas Zurbuchen, dalam sebuah pernyataan. 

Operasi untuk menghidupkan kembali Hubble akan menunjukkan bagaimana satelit  dan pesawat ruang angkasa yang lebih tua dapat diberikan masa operasi yang lebih lama, terutama yang berada di orbit dekat Bumi seperti teleskop ruang angkasa.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler