BI Optimistis Inflasi 2023 Bisa Kembali ke Sasaran

Inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) pada Desember 2022 relatif terkendali.

Republika/Prayogi
Warga mencari produk makanan dan minuman di Transmart Cempaka Putih, Jakarta, Senin (2/1/2023). Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi Desember 2022 sebesar 0,66 persen secara bulanan (month to month/mtm) dan tahunan 5,51 persen (year on year/yoy). Inflasi Desember disumbang oleh makanan, minuman, dan tembakau.
Rep: Retno Wulandhari Red: Ahmad Fikri Noor

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bank Indonesia (BI) menyebut, inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) pada Desember 2022 relatif terkendali. Prospek inflasi 2023 pun diperkirakan akan kembali ke sasaran 3 plus minus 1 persen. 

Baca Juga


Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), inflasi IHK pada periode tersebut tercatat menjadi 0,66 persen (mtm) sehingga inflasi IHK 2022 menjadi 5,51 persen (yoy). Inflasi sepanjang tahun lalu meningkat dibandingkan dengan inflasi IHK 2021 sebesar 1,87 persen (yoy) dan lebih tinggi dari sasaran 3 plus minus 1 persen. 

"Peningkatan ini terutama dipengaruhi oleh dampak penyesuaian harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi pada September 2022," kata Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Erwin Haryono, Senin (2/1/2023).

Berbagai perkembangan bulanan menunjukkan inflasi pascakenaikan harga BBM kembali terkendali, tecermin pada ekspektasi inflasi dan tekanan inflasi yang terus menurun dan lebih rendah dari perkiraan awal.

Perkembangan inflasi IHK yang terkendali tidak terlepas dari pengaruh positif dari sinergi kebijakan yang makin erat antara pemerintah pusat dan daerah, Bank Indonesia, serta berbagai mitra strategis dalam menurunkan laju inflasi, termasuk mengendalikan dampak lanjutan penyesuaian harga BBM. 

"Ke depan, BI akan terus memperkuat respons kebijakan guna memastikan terus berlanjutnya penurunan ekspektasi inflasi dan inflasi sehingga inflasi inti tetap terjaga dalam kisaran 3 plus minus 1 persen," kata Erwin. 

Koordinasi kebijakan juga terus diperkuat. Dalam kaitan ini, koordinasi dalam Tim Pengendalian Inflasi Pusat dan Daerah (TPIP dan TPID) terus dilanjutkan melalui penguatan program Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) di berbagai daerah.

Inflasi IHK pada Desember 2022 terutama dipengaruhi oleh pola musimannya di akhir tahun. Inflasi inti tercatat sebesar 0,22 persen (mtm), meningkat dibandingkan dengan inflasi bulan sebelumnya sebesar 0,15 persen (mtm) terutama disumbang oleh komoditas kontrak rumah.

Kelompok volatile food mengalami inflasi sebesar 2,24 persen (mtm), lebih tinggi dari bulan sebelumnya yang tercatat deflasi 0,22 persen (mtm), sejalan dengan pola musiman akhir tahun. 

Kelompok administered prices mencatat inflasi sebesar 0,73 persen (mtm), meningkat dari inflasi bulan sebelumnya sebesar 0,14 persen (mtm) seiring dengan kenaikan tarif perusahaan air minum, dan seiring dengan pola musiman peningkatan permintaan angkutan udara pada Natal dan Tahun Baru, serta inflasi rokok kretek filter.

Tekanan inflasi 2022 yang lebih rendah dari perkiraan awal berdampak positif pada prospek inflasi 2023 yang diperkirakan kembali ke sasaran 3 plus minus 1 persen. Inflasi inti 2022 tetap terjaga rendah sebesar 3,36 persen (yoy), sejalan dengan lebih rendahnya dampak rambatan dari penyesuaian harga BBM dan belum kuatnya tekanan inflasi dari sisi permintaan.

Inflasi volatile food 2022 juga terkendali 5,61 persen (yoy) sebagai hasil sinergi dan koordinasi kebijakan pengendalian inflasi melalui TPIP-TPID dan GNPIP dalam mendorong ketersediaan pasokan, kelancaran distribusi, kestabilan harga, dan komunikasi efektif. 

Sementara itu, kenaikan inflasi administered prices juga tidak setinggi yang diperkirakan, menjadi 13,34 persen (yoy) sejalan dengan penyesuaian harga BBM dan tarif angkutan yang lebih rendah.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler