Vaksin Baru Dikembangkan untuk Cegah Sekaligus Lawan Kanker Otak

Tim ilmuwan AS yang mengembangkan vaksin menyebut proyeknya menjanjikan.

www.pixabay.com
Vaksin (ilustrasi). Ilmuwan asal AS mengembangkan vaksin yang bisa mencegah sekaligus melawan kanker otak.
Rep: Shelbi Asrianti Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Para ilmuwan mengembangkan vaksin baru untuk melawan kanker otak. Vaksin tersebut memberikan harapan baru, sebab bekerja dengan cara mengubah sel kanker secara genetik sehingga mengubahnya menjadi pembunuh kanker itu sendiri.

Vaksin itu sekaligus untuk menghentikan penyakit agar tidak berulang. Dalam percobaan yang dilakukan para peneliti, eksperimen berhasil pada tikus yang membawa sel kanker yang berasal dari manusia, sehingga bisa menjadi simulasi kondisi pasien.

Bentuk kanker otak yang diteliti adalah jenis paling mematikan yang disebut glioblastoma. Penulis studi, Khalid Shah, menjelaskan bahwa pendekatan terapi sel baru itu menargetkan tumor otak yang ada dan menginduksi kekebalan jangka panjang.

"Dengan menggunakan rekayasa gen, kami menggunakan kembali sel kanker untuk mengembangkan terapi yang membunuh sel tumor dan menstimulasi sistem kekebalan untuk menghancurkan tumor primer dan mencegah kanker," ujar Shah.

Shah merupakan peneliti dari Brigham and Women's Hospital di Boston, Amerika Serikat. Dia menyoroti bahwa suntikan vaksin terbukti aman, dapat diterapkan, dan efektif pada model hewan pengerat. Itu menerbitkan optimisme menuju terapi pada pasien manusia.

Lazimnya, para ilmuwan fokus pada sel tumor yang tidak aktif saat menguji penelitian. Namun, Shah dan timnya berfokus pada sel tumor yang hidup. Mirip dengan burung yang kembali ke sarangnya, Shah menemukan sel-sel tumor hidup menempuh jarak jauh melintasi otak untuk kembali ke lokasi sesama sel tumor lainnya. 

Setelah menemukan ini, dia dan tim peneliti menggunakan kembali sel tersebut untuk melepaskan agen pembunuh tumor dengan menggunakan alat pengeditan gen. Sel-sel yang baru direkayasa tersebut dirancang untuk mengekspresikan faktor-faktor yang akan membuatnya lebih mudah untuk ditargetkan dan diingat oleh sistem kekebalan.

Baca Juga


Shah bertujuan mengambil pendekatan yang inovatif namun dapat diterjemahkan sehingga vaksin terapeutik menjadi lebih mungkin dikembangkan secara meluas. "Pembunuh kanker" itu diyakini bisa memiliki dampak yang bertahan lama dalam pengobatan.

Cara serupa juga ditengarai berlaku untuk tumor padat yang lebih luas. Akan tetapi, Shah mengatakan investigasi lebih lanjut tetap diperlukan. Temuan studi tersebut telah diterbitkan dalam jurnal daring Science Translational Medicine.

Kanker otak sering kali tidak dapat disembuhkan. Penanganan yang biasanya dilakukan yakni operasi, pemberian obat keras, dan pada akhirnya pasien dan keluarga hanya bisa mengharapkan kondisi yang terbaik, dikutip dari laman The Sun, Jumat (6/1/2023).

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler