WFH Lebih Menguntungkan Suami Dibandingkan Istri, Kok Bisa?
Sejak pandemi 2019, jumlah WFH meningkat tiga kali lipat.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Studi terbaru mengungkapkan, bekerja dari rumah atau work from home (WFH) lebih menguntungkan bagi suami dibandingkan istri. Menurut Biro Sensus Amerika Serikat (AS), sejak pandemi tahun 2019, jumlah orang yang bekerja di rumah (WFH) meningkat tiga kali lipat.
Pada 2019 tercatat 5,7 persen atau sekitar sembilan juta orang yang meningkat menjadi 17,9 persen atau 27,6 juta orang pada 2021. Berdasarkan studi dari Ohio State University, selain harus bekerja, orang tua juga dituntut untuk melakukan pekerjaan rumah dan mengasuh anak.
Dalam hal ini, perempuan cenderung memikul lebih banyak beban dibandingkan pria. Para peneliti melakukan dua survei selama pandemi Covid-19. Survei pertama yang dilakukan pada awal pandemi, mengamati 172 pasangan heteroseksual berpenghasilan ganda di China. Setidaknya mereka memiliki satu anak.
Sementara survei kedua yang dilakukan akhir pandemi melibatkan 60 pasangan heteroseksual berpenghasilan ganda di Korea Selatan. Beberapa dari mereka memiliki anak dan tidak.
Setiap pasangan diminta untuk melaporkan status WFH mereka dan jumlah pekerjaan serta tugas rumah yang diselesaikan. Hal itu dilakukan selama 14 hari kerja berturut-turut.
Para peneliti menemukan baik suami maupun istri mampu menyelesaikan pekerjaan rumah saat mereka mempunyai jadwal yang fleksibel dibandingkan bekerja di kantor. Namun, saat istri bekerja di rumah, suami menyelesaikan lebih sedikit pekerjaan rumah dibandingkan saat istri bekerja di kantor.
Bisa disimpulkan istri yang bekerja di rumah mengurangi beban pekerjaan suami. Namun, hal itu tidak berlaku sebaliknya.
“Temuan ini menunjukkan suami dapat memberikan lebih banyak tenaga dan dukungan bagi istri mereka yang bekerja remote ketika mereka memiliki fleksibilitas dalam menjadwalkan waktu dan prosedur kerja mereka,” kata penulis utama studi dan profesor manajemen di Ohio State University Jasmine Hu, dilansir Huff Post, Senin (16/1/2023).
Temuan tersebut selaras dengan studi sebelumnya tentang perbedaan gender dalam pengalaman kerja dari rumah. Menurut jajak pendapat McKinsey tahun 2021 yang dilakukan dengan LeanIn.Org, istri tiga kali lebih mungkin dibandingkan suami untuk memikul sebagian besar pekerjaan rumah tangga dan mengasuh anak. Bahkan, istri 1,5 kali lebih mungkin daripada suami untuk menghabiskan tiga jam ekstra atau lebih untuk pekerjaan rumah dan perawatan anak.
Sebuah studi pada 2020 yang dilakukan oleh Yale menemukan, perempuan yang memiliki anak dan bekerja di rumah lebih mungkin mengalami gejala burnout dan depresi. Gejala yang dimaksud di antaranya kecemasan dan kesepian dibandingkan pria yang memiliki jadwal fleksibel yang serupa.
Salah satu pendiri Coggeshall Club Britt Riley mengatakan, agar pembagian kerja rumah lebih setara mungkin bisa saling membantu dalam shift. Jika Anda paling produktif pada pagi hari, biarkan itu menjadi saat Anda memprioritaskan bagian pekerjaan yang paling menuntut perhatian. Di saat yang sama, pasangan Anda menjaga anak-anak.
Baca juga : Hadits Nabi tentang Azab Allah buat Suami Penipu Istri
Jika sore dan malam hari adalah saat Anda paling produktif, mintalah pasangan Anda membantu anak-anak mengerjakan pekerjaan rumah dan bertanggung jawab atas makan malam. Jika Anda berdua suka bekerja pada titik yang sama dalam sehari, Anda bisa bergantian.
“Orang-orang menjadi produktif ketika mereka tahu punya waktu untuk menyelesaikan sesuatu. Saat Anda bisa mengaturnya dengan pasangan, Anda akan mengatakan: 'Wow, kami benar-benar bekerja sebagai sebuah tim'," kata Riley.