Tulisan Tangan Joe Biden Turut Disita
Tulisan tangan tersebut merupakan catatan mengenai isi pikiran Joe Biden.
REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Presiden Joe Biden kerap menulis isi pikirannya dan kini catatannya selama menjabat di pemerintahan disita. Penyitaan ini bagian dari penyelidikan pengelolaan dokumen rahasia.
Belum diketahui apa yang dicari penyidik dari catatan tangan Biden selama ia menjabat sebagai wakil presiden dan anggota Senat. Tulisan tangan itu disita dari rumahnya di Rehoboth Beach dan Wilmington, Delaware.
Pengacara Biden tidak mengatakan apakah catatan itu dianggap rahasia, hanya catatan itu disingkirkan. Selama 36 tahun menjabat sebagai anggota Senat dan delapan tahun sebagai wakil presiden, Biden berada di kursi terdapat peristiwa-peristiwa sensitif dalam sejarah Amerika Serikat.
Seperti serangan teror 11 September 2001, kematian Osama bin Laden 2011, dan gejolak politik di Ukraina. Pengacara khusus memastikan tingkat kerahasiaan dari catatan Biden sebagai Senator dan Wakil Presiden yang diambil dari rumah dan bekas kantornya. Mereka mencari tahu apa salah kelola ini melibatkan pelanggaran hukum atau tidak sengaja.
Namun mereka juga harus menentukan apakah catatan itu milik pribadi Biden dan kemudian mengembalikannya. Menurut FBI beberapa catatan yang disita dari mantan Presiden Donald Trump juga berupa catatan tangan.
Dalam affidavit atau catatan penyelidikan, seorang agen FBI menulis beberapa dokumen yang diambil dari kediaman Trump di Mar-a-Lago, Florida, bulan Agustus lalu dan dikembalikan ke Arsip Nasional merupakan catatan mantan presiden. Affidavit tidak mengungkapkan apakah para agen yakin catatan itu membahas materi rahasia.
Berdasarkan Undang-undang Rekaman Presiden, catatan dan rekaman presiden milik Arsip Nasional terutama yang bersifat rahasia. Terdapat beberapa pengecualian, termasuk catatan yang dianggap sepenuhnya catatan pribadi.
Beberapa jenis catatan tangan dapat dianggap rahasia bila berisi observasi yang berkaitan dengan dokumen atau pengarahan rahasia. Catatan itu dapat dikategorikan rahasia meski tidak ada tanda rahasia.
Mantan direktur ruang rapat intelijen atau Situation Room Gedung Putih Larry Pfeiffer dan pensiunan kepala staf Direktur CIA Michael Hayden mengatakan mereka menulis catatan tangan selama rapat-rapat rahasia atau sangat rahasia. Setiap halaman akan ditanda tingkat kerahasiaannya.
"Cukup jelas dalam rapat-rapat itu mereka mendengar informasi rahasia," kata Hayden. Saat Pfeiffer keluar dari CIA ia mengirimkan catatan tulisan tangannya ke arsip lembaga intelijen itu, Jumat (3/2/2023).
Pegawai lama Biden mengatakan mereka yakin selama berpuluh-puluh tahun presiden menulis catatan harian. Hanya sebagian kecil yang muncul dari bukunya "Promise Me, Dad" yang menceritakan tentang kesedihannya setelah putranya, Beau didiagnosis kanker.
Di buku itu Biden mengutip catatan harian tentang kondisi dan kematian Beau yang ia tulis di Air Force Two, kediaman resmi wakil presiden AS di Naval Observatory di Washington dan di rumahnya di Wilmington. Ia juga menulis tentang pertimbangannya untuk maju dalam pemilihan presiden 2016.
Dalam buku itu Biden menggambarkan dirinya sebagai orang tua yang suportif bagi anggota keluarga yang sakit. Sambil menjalani tugasnya sebagai wakil presiden.
Biden menulis dengan detail bagaimana ia memasang telepon di Pusat Kanker Rumah Sakit Anderson di Houston. Sehingga ia dapat bekerja selama berada di sana bersama putranya Beau. Tapi ia juga menulis tentang apakah akan maju dalam pemilihan 2016.
"Banyak yang terjadi," tulisnya di buku harian saat ia akhirnya dapat waktu istirahat di Wilmington pada akhir pekan. "Harus berhati-hati agar tidak terlepas dari saya, saya harus menahan diri, mempercepat jadwal saya," tulisnya.
Belum diketahui apakah mantan wakil presiden Mike Pence atau tulisan Trump yang ditemukan di Mar-a-Lago sudah diserahkan ke Departemen Kehakiman. Selain itu juga belum diketahui apakah presiden dan wakil presiden yang berkuasa akan menawarkan catatan pribadi mereka selama menjabat untuk ditinjau agar dapat ditentukan berisi informasi rahasia atau tidak.
Jaksa Agung Merrick Garland dan Direktur Intelijen Nasional Avril Haines menolak membahas investigasi mereka atau arahan mereka ke anggota Kongres.
Pemimpin Komite Intelijen Senat mengirimkan surat ketiga untuk mendesak Garland dan Haines mengizinkan panel di komite untuk melihat dokumen-dokumen rahasia. Serta memberi mereka pengarahan tentang potensi resikonya pada keamanan nasional.
Senator Mark Warner dan Marco Rubio menulis tanpa akses ke dokumen-dokumen itu "kami tidak dapat mengawasi upaya Komunitas Intelijen mengatasi potensi resiko pada keamanan nasional yang timbul akibat salah kelola informasi rahasia ini dengan efektif."