Minum Susu Bisa Bikin Pilek-Munculkan Masalah Neurologis, Betulkah?

Protein pada susu disebut bisa memicu pilek, hidung tersumbat, hingga peradangan.

EPA
Seorang ibu menggendong bayinya berjalan melewati rak susu sapi di supermarket. Protein A1-beta-casein dalam susu sapi disebut dapat menyebabkan masalah kesehatan tertentu.
Rep: Rahma Sulistya Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Selama ini, susu selalu dipromosikan sebagai sumber nutrisi yang baik untuk tubuh, terutama untuk fungsi tulang dan gigi. Hanya saja, selama beberapa tahun ini, para peneliti telah mendalami penyebab intoleransi susu pada manusia.

Menurut ahli diet Anjali Mukherjee, susu dapat menyebabkan masalah kesehatan tertentu karena adanya fragmen protein yang disebut A1-beta-casein. Protein ini ditemukan dalam susu sapi biasa.

Baca Juga



"Protein ini telah dikaitkan dengan berbagai masalah kesehatan seperti pilek, hidung tersumbat, sinus, kelelahan, peradangan, kekakuan tubuh, diabetes tipe 2, autisme, dan masalah neurologis lainnya," papar Mukherjee, dikutip dari The Indian Express, Selasa (14/2/2023).

Namun, Mukherjee mengatakan bahwa masih belum diketahui kemungkinan A1-beta-casein ini memengaruhi semua orang atau hanya beberapa orang hingga terakumulasi selama bertahun-tahun. Ia menyebut pembiakan selektif atau pembibitan sapi penghasil susu A2-lah yang bisa membantu orang dengan gangguan tersebut.

Susu sapi biasa mengandung dua jenis beta kasein, yakni A1 dan A2. Belakangan ini, ada susu A2 yang dipasarkan dengan kandungan A2-beta-casein saja, bukan mutasi A1-beta-casein.

"Perdebatan ilmiah seputar susu tersehat berkisar pada apakah A1 lebih berbahaya daripada A2," ungkap ahli diet profesional Garima Goyal.

Menurut ulasan National Center for Biotechnology Information (NCBI) di India pada 2019, bukti berbasis manusia dari uji klinis dan studi epidemiologi yang diterbitkan sebelum Oktober 2017, memberikan kepastian moderat untuk efek merugikan dari susu A1 terhadap kesehatan pencernaan dibandingkan dengan A2. Namun, hasil dari studi itu masih minim untuk efek kesehatan lainnya.

Sementara itu, ahli gizi klinis Komal Patel menyebutkan bahwa susu A1 dikaitkan dengan berbagai faktor risiko bahaya kesehatan karena berpotensi memengaruhi banyak reseptor opioid di sistem saraf, endokrin, dan kekebalan tubuh. Susu A1 juga dikenal sebagai oksidan dari diet rendah lipoprotein (LDL) di mana oksidasi LDL ini diyakini bertanggung jawab atas pembentukan plak arteri.

Oleh karena itu, konsumsi susu A1-beta-casein dikaitkan sebagai faktor risiko diabetes tipe-1, penyakit jantung koroner, dan arteriosklerosis. "Jika kondisi tubuh baik, minum susu tetap dianjurkan karena merupakan sumber protein dan kalsium yang baik," kata konsultan gastrologi dari Rumah Sakit Multispesialisasi Narayana, Jaipur di India, dr Abhinav Gupta.

Susu memiliki sedikit asam tetapi jauh lebih sedikit dari asam lambung yang diproduksi secara alami oleh lambung. Susu memang membantu menyerap asam lambung untuk sementara.

"Tapi penelitian menunjukkan bahwa susu merangsang produksi asam, yang dapat membuat perut merasa sakit jika tidak cocok," kata dr Gupta.

Meskipun jumlah laktosa dalam susu A1 dan A2 sama, gejala lambung yang diamati lebih sedikit setelah mengonsumsi susu A2. Penelitian masih berlangsung untuk mengungkap kemungkinan ada beberapa komponen lain di dalam susu yang dapat menyebabkan gejala dan rasa tidak nyaman pada perut.

"Mereka yang mengalami masalah pencernaan dengan konsumsi susu, harus mencoba susu A2," katanya.

Namun, mereka yang alergi susu maka akan alergi juga dengan susu A2. Sementara itu, mereka yang intoleran terhadap laktosa juga tidak bisa mengonsumsi susu A2 karena kandungan laktosanya sama.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler