Vladimir Putin Tuduh Penyusup Ukraina Melakukan Serangan di Dalam Rusia
Ukraina menilai Rusia sedang menghadapi pemberontakan di antara rakyatnya sendiri.
REPUBLIKA.CO.ID, KIEV -- Kremlin pada Kamis (2/3/2023) menuduh penyusup Ukraina menyeberang ke Rusia barat dan menembaki penduduk desa. Presiden Rusia Vladimir Putin mengklaim, para teroris Ukraina dengan sengaja menargetkan warga sipil, termasuk anak-anak dalam serangan teror dan kejahatan lainnya.
“Mereka menyusup ke daerah dekat perbatasan dan menembaki warga sipil. Mereka melihat kendaraan sipil dengan warga sipil, dengan anak-anak di dalamnya, dan mereka menembaknya," kata Putin.
Ukraina membantah klaim tersebut dan memperingatkan bahwa Moskow dapat menggunakan tuduhan tersebut untuk membenarkan peningkatan serangannya sendiri dalam perang yang sedang berlangsung.
Kepastian situasi dari serangan yang dilaporkan di wilayah Bryansk tidak jelas, begitu pula tujuan strategis dari serangan itu. Gubernur daerah setempat mengatakan, dua warga sipil tewas dalam serangan tersebut.
Jika dikonfirmasi, itu akan menjadi indikasi lain setelah serangan pesawat tak berawak ke Rusia awal pekan ini. Kiev mungkin mengintensifkan tekanan terhadap Moskow dengan mengungkap kelemahan pertahanan Rusia, mempermalukan Kremlin, dan menyebarkan kegelisahan di kalangan warga sipil Rusia.
Serangan di wilayah Bryansk diduga terjadi beberapa hari setelah Putin memerintahkan Dinas Keamanan Federal untuk memperketat kontrol di perbatasan Rusia dengan Ukraina. Putin menyalahkan serangan itu pada neo-Nazi.
Dia menegaskan bahwa Rusia melakukan hal yang benar dengan menginvasi Ukraina. “Saya ulangi lagi, mereka tidak akan berhasil, dan kami akan selesai mendorong mereka keluar,” kata Putin.
Ketika memerintahkan invasi, Putin bersumpah untuk denazifikasi Ukraina, dengan tuduhan bahwa kelompok neo-Nazi radikal mendominasi negara yang dipimpin oleh seorang presiden Yahudi. Kiev dan sekutu Baratnya menolak pernyataan Putin. Mereka menyebut pernyataan Putin sebagai kedok palsu untuk tindakan agresi yang tidak beralasan.
Perwakilan intelijen militer Ukraina, Andrii Cherniak, melihat klaim Rusia sebagai bukti bahwa Moskow sedang menghadapi pemberontakan di antara rakyatnya sendiri yang tidak puas. “Ini dilakukan oleh Rusia. Ukraina tidak ada hubungannya dengan itu,” katanya kepada The Associated Press.
Sebuah kelompok yang menamakan diri sebagai Korps Sukarelawan Rusia mengklaim telah melintasi perbatasan ke Rusia Pernyataan kelompok tersebut tidak menjelaskan tindakan apa yang dilakukan atau tujuan spesifik apa yang ingin dicapai.
Korps Sukarelawan Rusia menggambarkan dirinya sebagai formasi sukarelawan di Angkatan Bersenjata Ukraina. Namun belum diketahui apakah mereka memiliki keterkaitan dengan militer Ukraina.
Seorang peneliti untuk situs web investigasi Bellingcat, Michael Colborne, mengatakan, kelompok itu didirikan pada Agustus dan sebagian besar terdiri dari ekstremis Rusia sayap kanan anti-Putin yang memiliki hubungan dengan kelompok sayap kanan Ukraina.
"Intelijen militer Ukraina sangat mungkin menyetujui serangan itu," ujar Colborne.
Penasihat presiden Ukraina Mykhailo Podolyak menggambarkan klaim Rusia sebagai provokasi klasik yang disengaja. "Rusia ingin menakut-nakuti rakyatnya untuk membenarkan serangan terhadap negara lain (dan) meningkatnya kemiskinan setelah setahun perang,” ujarnya.
Gubernur Bryansk Alexander Bogomaz mengatakan, para penyerang membunuh dua warga sipil dan melukai seorang anak di desa Lyubechane. Dinas Keamanan Federal Rusia menyatakan, pihaknya bertindak bersama dengan militer untuk memusnahkan kaum nasionalis Ukraina bersenjata yang melanggar perbatasan negara.
Badan tersebut kemudian mengklaim bahwa para penyerang telah didorong kembali ke Ukraina di mana serangan artileri besar-besaran dilakukan terhadap mereka. Namun klaim tidak dapat diverifikasi.
Putin membatalkan perjalanan yang direncanakan ke Rusia selatan karena serangan itu. Dia dijadwalkan untuk memimpin pertemuan mingguan Dewan Keamanan Rusia pada Jumat (3/3/2203).