Ketua DPR Tinjau Pabrik dan Gudang PT Pupuk Sriwidjaja
Puan menyinggung soal kelangkaan pupuk yang masih kerap menjadi permasalahan saat ini
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua DPR RI Puan Maharani meninjau proses produksi hingga distribusi di pabrik dan gudang PT Pupuk Sriwidjaja (Pusri) Palembang, Sumatera Selatan. Saat kunjungan, Puan menyinggung soal kelangkaan pupuk yang masih kerap menjadi permasalahan saat ini.
"Tadi saya lihat gudang pupuk, stok banyak. Tapi kenapa pupuk langka. Kenapa petani banyak mengeluhkan sulitnya pupuk subsidi," katanya dalam keterangan tertulis di Jakarta, Jumat (3/3/2023).
Menurut dia, salah satu komponen penting dari kedaulatan pangan adalah pupuk. Puan mengingatkan pupuk merupakan urusan hulu pangan. "Jika pupuknya tidak beres, baik dari segi jumlah maupun kualitas, maka produktivitas pertanian akan terpengaruh," katanya.
Cucu Bung Karno ini menyebut PT Pusri ada pada bagian tata kelola pangan. Oleh karenanya, kata Puan, PT Pusri tidak boleh abai dengan isu yang sedang ramai tersebut. "Dengan demikian, semua yang ada di mata rantai pangan harus bergotong royong, tidak bisa bekerja sendiri-sendiri," katanya.
Puan mengimbau PT Pusriagar peka terhadap permasalahan-permasalahan yang dihadapi masyarakat. PT Pusridiharapkan terus melanjutkan perjuangan Presiden Soekarno dalam hal kedaulatan pangan.
"Jadi saya minta agar PT Pusri menjaga cita-cita Bung Karno, Presiden Pertama Republik Indonesia untuk mewujudkan kedaulatan pangan Indonesia dan kesejahteraan rakyat," pesan Puan.
Puan diterima di Wisma Melati yang biasa digunakan untuk menerima tamu-tamu penting, termasuk presiden. Puan sendiri sudah dua kali menginap di Wisma Melati PT Pusri Palembang.
Di Wisma Melati, Puan melihat Foto-Foto Presiden Pertama Indonesia Soekarno saat pencanangan pembangunan Pabrik PTPusri. PT Pusri Palembang sendiri dibangun di era Pemerintahan Bung Karno, tepatnya tahun 1959.
"Presiden Soekarno memang sangat perhatian kepada kedaulatan pangan bangsa Indonesia. Karena bagi beliau, pangan merupakan urusan mati hidupnya suatu bangsa," kata Puan.